Belajar Tentang Kehidupan Dari Satpam

Kemarin malam sepulang kuliah seperti biasa saya berjalan-jalan sebelum pulang kerumah. Namun kali ini bukan jalan-jalan biasa. Tujuan saya yaitu menemui satpam di restoran yang sering saya kunjungi cuma untuk membeli eskrim.
Saya sempat bertanya bagaimana pandangan beliau tentang perlakuan rekannya yang pernah saya adukan kepada managernya (Lihat Tulisan saya sebelumnya “Kecewa Terhadap Pelayanan Satpam Restoran”)
Dan jawabannya yaitu Sangat tidak setuju dengan perlakuan rekannya tersebut terhadap saya dan menurut beliau, sangat pantas bila hal tersebut saya adukan kepada managernya.

Mengapa Saya Menemui Sang Satpam?
Entah mengapa, saya tertarik menelusuri kehidupan beliau, bukan bermaksud ikut campur namun sepertinya saya merasa nyambung ngobrol sama beliau Karena beliau pun Welcome dan telah berjanji (kamis minggu lalu) akan mengobrol lebih panjang lagi dengan saya sebagaimana beliau pernah berkata sebelumnya, “datanglah lagi kapan-kapan, nanti kita ngobrol”. Pada Rabu, 25 April 2012 saya berhasil bertemu beliau. Kedatangan saya tentunya disambut ramah bahkan beliaupun bercerita bahwa memang hari ini beliau dapat jatah shift sore (pukul 15.00-23.00 wib)

Sekilas Tentang Beliau
Bang Fahmi namanya, Beliau Lahir di Medan, tepatnya tahun 1979. Menamatkan pendidikan di STM pada tahun 1999. Kemudian pada tahun 2000 Ia bekerja di truk pengangkutan. Tahun 2005 beliau kembali ke Medan. Tahun 2006 bang Fahmipun ke Pekan Baru bekerja di salah satu pabrik pengeboran minyak. Tahun 2010 beliau dapat telepon dari Medan yang menawarkan pekerjaan untuk ke Jakarta (Pengangkutan). Lalu beliau dapat telepon dari temannya yang di Bogor yang menyuruhnya kembali ke Medan, “udah, balik aja kau ke Medan, ada kerjaan tuh di restoran”. Waktu beliau mendatangi kantor restoran tersebut, beliau di Interview. Lalu ditanyakan, “mau kerja jadi apa dan gajinya mau berapa? Bang fahmi mengatakan, “yang sesuai aja”. Lalu bang fahmi bekerja di restoran ini sebagai satpam sudah hampir setahun.

Bang fahmi dekat dengan seorang wanita kelahiran 1987 yang dikenalkan oleh temannya. Dari segi usia, mereka terpaut 8 tahun, namun itu tak menjadi masalah. Merasa cocok, mereka menikah pada tahun 2011. 

Pelajaran Hidup dari Bang Fahmi (Satpam)
Berbicara panjang lebar dengannya, sedikit membuka pandangan saya tentang realita kehidupan. Memang dari tampangnya, bang fahmi belum terlihat tua, dalam pekerjaannya pun bang fahmi kelihatan bersemangat seperti anak muda. Dalam hidupnya bang fahmi berprinsip bahwa :
1. Hidup itu dijalani dengan santai
2. Jangan terlalu menekan batin
3. Jangan terlalu royal, lebih baik loyal
4. Berfikirlah yang positif terhadap orang lain
5. Jangan mudah terpancing emosi, apalagi dengan sesama pekerja
6. Jangan banyak menuntut, apalagi kalau memang tidak memiliki skill/kemampuan. Kalau orang bekerja hanya mengandalkan otot, selamanya bisa diperbudak oleh orang lain.
7. Berapapun gaji yang diterima, tetaplah bersyukur
8. Kerja dimanapun yang penting adalah KEJUJURAN
9. Dalam hidup itu harus memiliki visi dan misi yang jelas, biar hidup itu punya tujuan. 

Seperti yang telah saya utarakan di atas, bang fahmi tidak menyetujui sikap rekannya yang meminta uang kepada saya dan para pemarkir sepeda motor yang keluapaan mengambil kunci motornya.
“mungkin dia belum pernah merasa kehilangan, mungkin pikirannnya belum terbuka, jadi suka-sukanya aja berbuat begitu. Maunya dia kan mikir, kalau dia berbuat kebaikan dengan menolong orang lain, suatu saat dia pun akan ditolong oleh orang lain”.
Kalau saya mau berbuat jahat, pasti akan banyak uang yang saya dapatkan. Kunci ketinggalan di sepeda motor cukup banyak disini dek, Cuma gak pernah tuh saya mintain uang sama mereka”, cukup saya peringati jangan sampai kejadian itu terulang lagi”, ujarnya.

Walaupun ia tidak mengenyam pendidikan tinggi, namun tuntutan hidup mengajarkannya menjadi pribadi yang sangat istimewa dan mandiri. Ini terlihat jelas dari penuturannya yang mana Orang – orang seperti bang fahmi inilah yang juga layak diajak berdiskusi. Keramahannya menambah kekaguman saya sebagai pelanggan restoran tersebut.

Dari penuturan bang fahmi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan dalam hidup ini jangan terlalu banyak menyusahkan orang lain, apalagi merugikan. Pandanglah suatu hal secara positif, jikapun ada seseorang yang berniat baik kepada kita yakinlah bahwa Tuhan akan membalas perlakuannya dengan baik, begitu pula sebaliknya. Kemudian jangan suka mengambil kesempatan diatas kesulitan orang lain, kalau memang mau menolong ya menolong saja, tak perlu lah pakai pamrih. Selanjutnya, jangan suka pamer kehebatan kita kepada orang lain, ini jelas-jelas tidak perlu, biasanya seseorang yang suka pamer itu sedang menutupi kekurangannya. Harapan saya, semoga kita dapat bercermin dari kemandirian dan keramahan bang fahmi.

You Might Also Like

0 komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Just an ordinary girl who wanna be a woman someday

Translate