Suamimu Lebih Memilihku


Melihat banyak lelaki tampan adalah makanan keseharianku. Di kantor, aku bercengkrama dengan mereka sewajarnya. Mereka memperlakukanku layaknya saudara mereka sendiri yang harus selalu di lindungi. Jangankan cinta, rasa sayangku kepada mereka tak lebih dari sayang dari seorang adik kepada kakaknya. Layaknya aku menyayangi Bang Riski, kakak laki-lakiku satu-satunya yang tak kurelakan menikah dengan pujaan hatinya, Wulan.
Mungkin benar ucapan Lina, sahabatku sedari SMA. Ia mengatakan bahwa aku membutuhkan pasangan yang berusia lebih tua, minimal seusia kakakku. Ya, lelaki 30tahunan yang matang. Dan kini, sepertinya perkataan Lina memang terbukti benar. Aku merasa sangat nyaman dengan Bobi.
Jangankan kenyamanan, kedewasaannya mampu luluhkan hati kerasku. Bobi adalah lelaki metroseksual berusia 35 tahun, seorang Manager operasional di salah satu perusahaan bonafit yang sering memakai jasa Advertising perusahaanku. Sungguh bukanlah suatu kesengajaan pertemuan kami. Berawal dari makan malam bersama pimpinanku hingga sekarang, saat ku sadari hati kami telah dirasuki cinta. Cintaku kepada Bobi yang telah berkeluarga.
“Hei Ka, apakah kau sudah gila? Bobi itu suami orang.” Amarah Lina memuncak ketika mendengar ceritaku tentang latar belakang Bobi.
“Memang benar, ada masalah?” tantangku pada Lina. Suara Lina melemah, “Ka, kau carilah lelaki lain, jangan ganggu rumah tangga orang. Dia sudah punya istri dan anak. Cinta kalian tak ada masa depan.”
“Kau tak tahu apa yang dirasakan Bobi. Semua tentang istrinya telah dia ceritakan padaku. ia ingin menceraikan istrinya sejak 5 tahun lalu. Ia tak dianggap lagi oleh istrinya. Perceraian itu tak terjadi  karena Bobi masih memikirkan putra semata wayangnya, Wisnu yang akan tinggal bersamaku jika aku menikah dengan Bobi. Aku kasihan padanya.” Jelasku pada Lina.
“Kau kasihan padanya, apa dia merasa kasihan padamu jika cinta terlarang kalian diketahui oleh istrinya?“. Ya sudah, aku tak ingin berdebat denganmu, renungkanlah pertanyaanku. Lalu lakukanlah yang benar menurutmu, aku mau pulang dulu.” Tambah Lina sebelum beranjak dari ruanganku.
***
Mungkin benar perkataan Lina, jika aku bertahan bersama Bobi, aku akan menyakiti sesama kaumku. Namun, bagaimana dengan hatiku? Tak ada yang peduli, bukan?
Keyakinanku untuk melaju bersama pria yang lebih tua dari abangku ini bertambah besar ketika ia mencurahkan isi hati dan masalah rumah tangganya padaku. Sebab cerita itu, aku menetapkan hatiku untuk mencintai Bobi dan mulai memikirkan masa depanku bersamanya dan Wisnu. Wisnu berusia 4 tahun yang masih sangat membutuhkan perhatian dari seorang ibu, namun tak pernah diurus oleh Ira, istri yang hanya membuang uangnya.
Dalam rengkuhanku, lelaki yang sepuluh tahun lebih tua dariku ini telah menyerahkan segalanya. Cinta Bobi padaku membuatku ingin meminta istrinya untuk melepaskan pria yang telah menabur benih di rahimku. Aku tahu, aku telah melakukan hal yang salah, namun sejujurnya  aku tak menyesal. Semua ini mengalir begitu saja, kami melakukan kesalahan itu atas dasar cinta. Sebelumnya Bobi telah berjanji, jikalau aku hamil, ia akan segera menikahiku.
Aku tak sabar menunggu hari itu, hingga suatu hari aku mengirimkan SMS kepada Ira yang berisi, “Bodohnya kau, ketika kau biarkan ia berlalu. Ia mendatangiku, ceritakan semua tentangmu. Ah,, aku sungguh tak tahan melihatnya menangisimu yang sungguh lupa akan budinya. Kau membuangnya, menjilatinya kapan kau suka. Kau tahu, ia tak butuh itu. Sebenarnya ia butuh kasihmu, bukan sekedar status suami di hadapan mereka, para sosialita sepertimu. Dan kini, aku telah memiliki calon adik bagi Wisnu. Lepaskanlah Bobi untukku, aku lebih mampu membahagiakannya.”
***
5 menit, 10 menit, 1 jam bahkan seharian kami menunggu SMS balasan dari Ira,  namun tak ada respon. Bobi pun segera pulang ke rumah dan mendapati Ira tengah tergolek lemah di ranjang tanpa busana bersama pria yang tak lain adalah teman Bobi sendiri. Setelah melalui keributan yang panjang, Bobi pun mengemasi barang-barangnya dan kembali ke apartemenku.
Seminggu kemudian, hari yang kunanti pun tiba.  Kami melangsungkan pernikahan secara Siri. Kami hidup bahagia sembari menunggu proses cerai antara Bobi dan Ira. Mulai hari ini aku telah menjadi istri Bobi, dan aku bahagia. Kebahagiaanku bertambah ketika Wisnu lebih memilihku dari pada ibu kandungnya.
Setiap wanita pasti ingin menikah secara resmi, bukan? Ya, itu akan kami lakukan setelah anakku lahir. Yang harus kulakukan sekarang adalah menjadi istri yang baik Bobi, ibu yang menyayangi Wisnu dan menanti kelahiran buah cintaku dengan lelaki ini. Lelaki yang lebih tua dari kakakku. Lelaki yang kuharapkan untuk melindungi, menjaga, dan memanjakanku. Ya, Bobi adalah sempurnanya lelaki bagi hidupku setalah ayah dan kakakku.

You Might Also Like

0 komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Just an ordinary girl who wanna be a woman someday

Translate