Kisruh Patah Hati: Dari Menangis Sampai Mau CLBK

Adalah fakta yang tak terbantahkan, ketika saling mencintai dan hubungannya baik-baik saja, semuanya terasa indah. Meminjam perkataan kebanyakan orang, bila telah saling jatuh cinta, serasa dunia milik berdua, yang lainnya ngontrak :P

Seperti roda yang tak selalu di atas, faktanya, yang namanya hubungan pacaran, selain yang manis-manis saja terasa, pasti juga banyak pahitnya, kan?

Toh baru pacaran, walaupun tak ada yang mengharapkan, kata putus itu dapat sewaktu-waktu terlontar. Begitu dekat dan karena manisnya si cinta ini, memang kadangkala membuatkan kita melupakan kata “bom waktu” ini. Lalu, jika kata putus itu terlontar sari pacar, Cuma tangisan yang bisa mengekspresikannya. Inilah “virus” yang tanpa sadar siap menggerogoti hati kita.

Bagaimana tidak? Faktanya, teman saya yang kelihatannya baik-baik saja dengan pacaranya, secara mengejutkan mengatakan kalau ia  baru saja putus dari pacarnya.

*

Ketika sedang asyik chat sama beberapa kompasianer di facebook tadi malam (16/11/13), secara tiba-tiba, seorang sahabat menghubungi saya via telepon. Seingat saya, ini malam minggu dan seperti biasanya, sebut saja namanya Putri, pasti sedang bermalam mingguan bersama pacarnya. Lalu, saya angkat telepon darinya. Sangat mengejutkan bagi saya ketika tiba-tiba dia menangis. Setelah saya tanyakan penyebabnya, kata  Putri, dia baru saja bertengkar dan putus dari pacarnya. Sebenarnya, orang seperti Putri ini sebenarnya tak sendiri, lho!

Sebenarnya, ada 2 jenis orang yang baru putus ini:
1. Tak menagis
Baru putus, tapi ‘gak nangis. Memangnya bisa? Bisa dong… Karena ya waktu pacaran, dia Cuma pacaran karena permintaan, atau bahkan dia yang putusin. Ngapain juga capek-capek nangis, toh (mungkin) tadinya pacaran juga tanpa cinta atau kalaupun ada, sedikit.
Egois memang, tapi paling tidak, kalau yang diputusin ini si laki-laki, toh kebanyakan laki-laki juga paling gampang melupakan. Lalu, kalau yang perempuan, berarti dia perempuan tegar. Ada sanggahan?

2. Putus tapi menangis
Adalah suatu kewajaran di mana baru putus, tiba-tiba dilanjutkan dengan menangis. Simple alasannya, karena sebelumnya sudah begitu cinta dan secara tiba-tiba dihadapkan pada rasa kecewa. Dan yang menangis ini juga biasanya, perempuan. Korban cinta, putus, dan menangis ini sudah sering saya dapati sejak memutuskan jomblo seperti sekarang.
Kalau yang tak menangis, mungkin akan tegar dan segera berburu calon pasangan (baca: gebetan) baru. Lalu, bagaimana baiknya kita menyikapi orang yang sedang  seperti ini?

*

Seorang yang telah saya anggap abang, kebetulan pernah diposisi seperti saya terhadap Putri ketika saya yang baru putus, dulu. Abang ini mengatakan, seoarang teman yang baik akan melakukan berbagai cara untuk menangkan temannya. Caranya yaitu:

1. Mendengarkannya
Yang namanya orang kalau baru putus itu biasanya akan menangis sambil mengumpat tak jelas, kan? Pertanyaannya, Sikap kita bagaimana?
Biarkan si teman bercerita, jangan sanggah omongannya. Biarkan dia mengekspresikan apa yang ia rasakan. Seandainya ia menagisnya semakin kencang dan sembari berteriak-teriak (baca: marah-marah), tetap dengarkan. Jangan lupa juga, simak semua keluh kesahnya.

2. Memeluknya
Ini khusus bagi teman yang sejenis dan saling bertatap muka, ya! Tak disarankan bagi laki-laki dan perempuan, walaupun di FTV banyak yang seperti ini.
Ketika ia menagis, usahakan tenangkan ia dengan pelukan kita. Biarkan dia menagis dipelukan kita atau minimal berikan bahu kita ke dia. Lama-kelamaan, dia akan terstimulasi untuk diam dengan sendirinya, lho!

3. Menasehati
Setelah selesai ia menceritakan apa yang ia rasakan, di sinilah tugas kita sebagai teman-sahabat. Ya… menasehati dan memberikan stimulasi berupa hal-hal positif bagi kelanjutan kisah percintaannya.
Contohnya mungkin, katakan saja, kamu terlalu cantik untuk sakit hati dan kelakuannmu ini merugikan dirimu sendiri. Masa sih kamu masih mau menangisi orang yang sudah membuangmu? 
Pokoknya, pintar-pintar kitalah berbuat dan berbicara yang terbaik bagi teman kita itu.

*

Selama saya menjadi pendengar yang tentunya “pasien” saya adalah teman-teman dari kaum hawa, setelah lelah menagis dan menghabiskan tisu berlembar-lembar, menurut penuturan mereka, mereka masih mencintai sang mantan dan masih mau ngajak CLBK.

Duh… Kalau yang seperti ini, saya sendiri yang pusing. Pasalnya, setelah capai dinasehati, ujung-ujungnya CLBK itu yang dilontarkan. Bingung dong saya? Bayangkan saja, setelah diputusin tapi masih mau “memungut” sang mantan. Alasannya, masih cinta.

Ini yang saya bingungkan dari banyak perempuan, mengapa harus CLBK? Kalau kita (baca: perempuan) mau berpikiran simple, seandainya dia memang pacar yang baik, dia tak akan mengakhiri cintanya ke kita dan akan menerima segala kekurangan dan kelebihan kita, kan? Lalu, jika dia (baca: mantan) memutuskan kita, berarti dia tak bisa menerima kita apa adanya dan menuntut  kita seperti yang dia mau. Tentunya ini bukan hal yang nyaman, kan?

Namun. tetap saja, kembali lagi ke pribadi si teman. Toh sebagai “tong sampah”nya, kita Cuma bisa berbuat (baca: mendengar) dan berkata (baca: menasehati)  yang terbaik bagi situasi dan kondisi hati sang teman.

Selain itu, kita juga harus bertoleransi serta menimbang-nimbang keputusan sang mantan  mengapa ia memutuskan hubungannya dengan  teman kita (baca: mantannya). Setelah kita mengetahui pandangannya dan juga tentunya menyampaikan pandangan kita, yang barangkali tak bisa diterimanya, lebih baik kita undur diri dari mantan teman kita itu. Lalu, mulailah menghibur si teman kita tadi.

Caranya? Terserah kita dong. yang pasti, sebagai teman yang sangat menyayangi temannya, kita pasti tahu bagaimana memberikan aura positif bagi sang teman demi kelangsungan kisah percintaanya. []

You Might Also Like

0 komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Just an ordinary girl who wanna be a woman someday

Translate