Peringatan Hari Relawan Internasional - Relawan Medan Terus Berkontribusi Demi Kesejahteraan Anak Bangsa
pict : facebook turun tangan medan
Setiap tahunnya, pada tanggal 5 Desember diperingati sebagai Hari Relawan Internasional. Walaupun tak melulu harus dibayar, para relawan tersebut bertekad untuk terus berkontribusi demi kesejahteraan anak bangsa. Hal ini seperti yang dikatakan Nita Siregar, mahasiswi jurusan Ilmu Psikologi USU yang telah berkecimpung bersama Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Regional Medan, jelang 2 tahun terakhir.
Diceritakannya, sejak seusai melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Yayasan PKPA beberapa waktu lalu, akhirnya Nita sendiri yang mengajukan diri sebagai relawan, karena sudah merasakan dan melihat sendiri, masih banyak anak yang masih berpotensi untuk memperoleh masa depan yang lebih baik yang harus dibantunya.
“Awalnya saya PKL. Akhirnya, karena sudah sering menyaksikan sasaran PKPA dan kerja sosialnya demi anak-anak, saya ikut menawarkan diri menjadi relawan,” katanya seusai kampanye dan sosialisasi program #AKSI2015 dari Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) dengan tema “Yang Muda, Yang Bicara” di Aula SMKN 9 Medan, Sabtu (5/12).
Hal senada diungkapkan Ketua Turun Tangan Medan Kurnia Ramadhana. Dikatakan Alumni Fakultas Hukum USU ini, dia tertarik menjadi relawan bersama Komunitas Turun Tangan Medan sejak Januari 2014, karena dia ingin bermanfaat bagi masyarakat Medan. Apalagi menurutnya, relawan yang berarti berkontribusi tanpa syarat merupakan sebuah kehormatan, bukan hanya semata pengorbanan. Mengenai tanpa dibayarnya dia sebagai relawan katanya, sudah merupakan sebuah konsekuensi, karena merupakan tanggung jawab sosialnya di Medan.
Tak hanya berkontribusi di lokal Medan, sebagai relawan, Kurnia juga baru kembali dari Jakarta karena dia merupakan inisiator dari petisi gerakan “Koalisi Bersihkan DPR” berkaitan dengan kasus Setya Novanto dan PT Freeport. Sebagai inisiator dari petisi di change.org/KawalMKD, dia harus hadir sebagai pemantau-pengawal sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Gerakan relawan ini juga terdiri dari Turun Tangan, Indonesian Corruption Watch (ICW), Pusat Studi Hukum Kebijakan, dan Rumah Kebangsaan.
Demi terus melatih kepekaan sosial terhadap interaksinya dalam bermasyarakat, Melis Syuhada yang bergerak bersama Dompet Dhuafa mengatakan, dia ingin menjadi relawan untuk merawat Indonesia. Maksud Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam UIN sumatera Utara tersebut yang telah aktif menjadi relawan sejak tahun 2010 lalu yaitu, merawat Indonesia dari hal terkecil dengan menjaga kebaikan dan peka terhadap sekitar.
Ditambahkannya, dia merasa beruntung menjadi relawan karena dengan menjadi relawan dia sering bertemu dengan banyak orang yang memandang masa depannya dengan positif dan optimis, walaupun saat ini situasi dan kondisinya serba kekurangan. Yang lebih penting, dengan berkontribusi menjadi relawan, anak muda dapat menjadi agen perubahan bangsa. Dengan menjadi relawan ungkap Melis, ada kepuasan sendiri karena telah bermanfaat bagi orang lain yang lebih berharga dari uang.
“Banyak yang dapat kita lakukan demi bangsa ini, salah satunya tentu lewat menjadi relawan yang peduli dengan lingkungannya,” ujarnya.
0 komentar