Ngopi Cantik #8 with Beautiesquad : How to Grow Instagram
Dewasa ini, penggunaan media sosial,
cukup meningkat jumlahnya di dunia, begitu pula di Indonesia, apalagi
instagram. Tak hanya para orang dewasa, anak-anak juga mengandrungi tempat
publikasi foto dan video secara gratis (gak gratis juga sih, ada biaya internet
^_^) ini. Makanya, instagram ini
memiliki 1 Billion Active Users dan sudah disebut-sebut sebagai “The Popular
Social Networks Worldwide”. Keren, kan?
Kalau sudah begini, kita harus
memanfaatkan kesempatan tersebut. Maksudnya, memanfaatkan keriuhan (crowd)
instagram itu untuk melirik instagram pribadi kita, membaca artikel kita,
mengunjungi blog kita, memberikan awareness kepada audience tentang diri kita
sebagai blogger (content creator), tak lupa memancing berbagai brand untuk
mengajak kita dalam project-project mereka.
Lebih lanjut menurut Tutu @niputuchandra dari www.tutuskirtjournal.com yang menjadi pembicara saat dilakukan Ngopi Cantik #8 with Beautiesquad pada Sabtu (13/4/2019) lalu, agar hal-hal yang disebutkan di
atas terwujud, kita perlu memanfaatkan fitur-fitur yang sudah ada di instagram,
seperti: instastory, upload multiple photo, video feed, business profile,
meletakkan link (misalkan blog dan youtube vide pribadi kita) di bagian profil
(bio) instagram, link swipe up di instasory bagi yang sudah memiliki followers
10K, promote post, IG TV, dan lain-lain. Fitur-fitur tersebut, digunakan untuk
grow instagram.
Kenapa harus Grow Instagram?
1. Network
Seperti yang
sudah disebutkan di atas, instagram ini sudah memiliki banyak pengguna. Jadi
menggunakan instagram adalah kesempatan yang sempurna untuk menjangkau banyak
orang, juga untuk saling bekerjasama dengan para audience.
2. Keep Up
to Date
Instagram
adalah tempat yang paling mudah untuk pay attention terkait tentang trend atau
berita terkini. Misalnya tentang produk kecantikan atau trend dan drama tentang
dunia kecantikan yang digeluti Tutu, juga saya sendiri.
3. Easy
Yes.
Instgram ini sangat mudah digunakan di segala suasana atau saat kita mau
membagikan pengalaman kita sendiri saat menggunakan suatu produk kecantikan,
misalnya.
Tapi hal mendasar yang penting
untuk kita ketahui, apa itu Growth Instagram, kan?
1. Follower meningkat.
Nah...
terjemahan bebasnya sendiri, berarti follower di Instagram kita, meningkat. Dari
yang jumlahnya sedikit, ke banyak.
2. Engagement rate dan metrics-metrics
lainnya meningkat.
Metrics sendiri berarti measurement
unit, yaitu sesuatu yang bisa dijadikan ukuran. Jadi, jika kita sudah
menggunakan business profile di Instagram, tentunya sudah tahu adanya fitur
insights? Nah dari fitur tersebut kita bisa melihat data-data penting dari akun
kita.
Metrics yang bisa kita lihat dari fitur
insights diantaranya:
• Profile visits ➡ dalam 7 hari terakhir, ada berapa akun yang mengunjungi akun kita?
• Website clicks ➡ berapa orang yang klik link yang ada di bio?
• Reach ➡ berapa jumlah Instagram user yang melihat postingan kita?
• Impressions ➡ berapa kali postingan kalian dilihat oleh Instagram user? Satu user bisa melihat
postingan kita lebih dari satu kali, makanya angka impressions lebih besar dari
angka reach.
Pertanyaan selanjutnya yaitu tentang
asal data. Nah, data itu angkanya. Contohnya,
profile visits in the last 7 days di akun kita adalah 500. Angka 500 ini
merupakan datanya. Profile visits adalah metricsnya. Sebagai contoh peningkatan
metrics, misalnya: Profile Visits dari 500 in the last 7 days menjadi 1500 in the
last 7 days. Cukup meningkat, kan?
Perlu diperhatikan bahwa data tidak
bisa kta share sembarangan, walaupun ke sesama pengguna Instagram (baik
diupload ke Insta Story atau dishare secara personal), kecuali pihak
brand/klien meminta kalian untuk share (ini juga dipilih-pilih ya, brand/klien
pasti langsung minta yang spesifik, jadi berikan apa yang mereka mau saja).
Dari paparan di atas, sedikit banyak,
kita sudah mengerti kalau growth itu tak melulu soal peningkatan jumlah
followers. Ada beberapa tips yang juga dibagikan Tutu untuk mengembangkan akun
Instagram. Tips ini berdasarkan pengalaman pribadinya saat dia fokus untuk mengembangkan
akun Instagramnya. Tips tersebut adalah:
1. Kuasai semua fitur dan metrics yang
ada pada Instagram
Kata pepetah, tak kenal maka tak sayang.
Itu juga berlaku pada Instagram. Percuma dong kita sebagai pengguna Instagram
aktif tapi tak mengerti fitur apa saja yang bisa kita manfaatkan. Pun percuma
juga jika kita menggunakan bisnis profile di Instagram tapi tidak mengerti apa
perbedaan business profile dengan personal account.
Selain itu, kita harus mengenali juga
maksud dari metrics yang ada di insights masing-masing post atau insight dari
akun instagram kita sendiri. Bila perlu, catat angkanya, buat grafiknya (supaya
kalian bisa melihat secara jelas, terjadi kenaikan atau penurunan) dan evaluasi
masing-masing metrics, apakah mengalami peningkatan, penurunan atau malah
stabil.
2. Tentukan niche dan lakukan interaksi dengan akun yang memiliki niche yang
sama
Niche sendiri itu maksudnya pengklasifikasian
akun Instagram kita, berdasarkan jenis dan isi/kotennya. Misalnya, akun
@niputuchandra, memang fokusnya itu post tutorial makeup di Instagram, sharing
review dan produk di Instagram. Semua ini masuk ke kategori beauty. Jadi niche
dari akunnya sendiri yaitu beauty. Dan yang pasti, jangan lupa untuk
berinteraksi dengan akun dengan niche yang sama untuk meningkatkan peluang
foto/video kalian tetap berada di niche yang sudah kalian tentukan.
Selain itu, di instagram tersebut, pasti
ada dari kita yang menggunakan Instagram untuk fangirling, kemudian dengan akun yang sama kalian juga interaksi;
like dan komen di postingan yang sebetulnya bukan niche kalian.
Saran Tutu, buatlah akun terpisah untuk
melakukan fangirling tadi. Kenapa? Untuk menghindari akun kita pindah niche dan
tentunya meningkatkan peluang postingan kalian dilihat oleh lebih banyak orang
yang memiliki interest terhadap niche kita.
3. Kenali audience
Kenali secara _demografis_ ➡ audience kalian paling banyak laki-laki atau perempuan? Kemudian paling
banyak di kelompok usia yang mana?
Kenali secara _geografis_ ➡ audience kalian paling banyak tinggal di kota mana? Negara mana?
Kenali secara _psikografis_ ➡ lifestyle, audience kalian lebih banyak yang suka makeup koreakah? Makeup
drugstore kah? Makeup highend kah?
Kenali secara _behavioristis_ ➡ perilaku seperti audience kalian lebih banyak yang memang ingin tahu
review produk atau sesama blogger/content creator?
Mengenali audience ini, kita bisa
mengatur strategi ketika kita akan post
foto atau video. Ini juga bisa membantu kita memilah, kira-kira produk apa saja
sih yang harus kita bagikan di Instagram.
4. Tentukan branding!
Berdasarkan analisa Tutu pribadi dari
timeline di Instagram, masih banyak yang mengabaikan soal branding. Padahal
branding ini sangat penting. Branding disini maksudnya segala
aktivitas yang bisa menguatkan dan menonjolkan diri kita sebagai
blogger/content creator. Seperti apa sih akun kita atau diri kalian sendiri
ingin dilihat oleh audience?
Contohnya yang gampang @awkarin.
Berdasarkan analisa Tutu pribadi,
@awkarin ini cukup khas dengan 100 instagram story/hari dan foto-fotonya yang
aesthetic.
Contoh lain lagi, @21makeupaddictions, yang
nge-post video tutorial makeup hampir setiap hari dengan menggunakan background
video berwarna pink. Jadi begitu melihat warna pink, kita akan langsung
mengingat, akun @21makeupaddictions yang serba pink.
Contoh lain misalnya akun @aro_kopa.
Akun @aro_kopa sering membagikan makeup tutorial dengan backsound-backsound
yang fun (kadang ada backsound dangdut atau lagu india), sehingga memberikan
kesan kalo @aro_kopa ini adalah beauty conten creator yang fun. Ada juga akun
@heidinatjahjadi, dengan branding yang terkesan elegan.
Kalau yang saya tangkap, branding ini
adalah ciri khas. Semakin sering kita menggunakan ciri khas kita, orang akan
memiliki ketertarikan tersendiri tentang isi instagram kita.
5. Berinteraksi dengan audience.
Interaksi di sini, tidak cuma berupa
kalian share di insta story dan audiences lihat muka kita. Tapi audience juga lihat
kita ngomong. Interaksi di Instagram
sendiri macam-macam. Salah satu contohnya yang sering diabaikan adalah membalas
komen audience. Jadi dengan adanya saling interaksi, kita dan audience, akan
semakin dekat, kan?
Point tambahannya, dengan membalas komen
audience juga dapat meningkatkan engagement rate akun kita loh! Selain itu,
interaksi juga bisa melalui direct message, melalukan poll, membuka question
box dan live session.
6. Gunakan hashtag sesuai dengan niche
Penggunaan hashtag sesuai dengan niche
ini juga berfungsi untuk meletakkan akun kalian di niche yang tepat. Jadi
hindari menggunakan hashtag yang bukan niche kalian.
Contohnya: untuk niche beauty, gunakan
#makeuptutorial #makeup. jangan malah menggunakan #foodporn #fashion
Setelah pemaparan di atas, yang
saya tunggu-tunggu akhirnya datang juga, yaitu pertanyaan seputar pembahasan di
atas.
Pertanyaan pertama, bagaimana
follower instgram Tutu yang awal diikuti oleh si penanya, berjumlah 6000an
followers, sekarang bisa sampai puluhan ribu? Apakah dengan rutin posting?
Jawaban Tutu seperti ini: Tentunya
dengan tidak membeli followers dan engagement ya. Sebetulnya, Tutu tak bisa
share, strategi apa yang dia gunakan secara detail. Tapi kurang lebih, strategi
dari masing-masing akun itu berbeda-beda. Kenapa? Karena data yang dihasilkan
berbeda-beda. Ada yang efektif dengan strategi posting foto flatlay 2 hari sekali, ada yang efektif
dengan strategi posting video seminggu sekali dan lain sebagainya. Selanjutnya,
bagimana cara menemukan strateginya? Ini dengan trial & error dan analisa
data insights kalian sendiri. Selain itu, namanya sosial media, the first rule of social media itu adalah konsisten.
Konsisten ini gak melulu soal rajin posting. Konsisten bisa berbagai hal.
Misalnya, brandingnya yang konsisten, dari awal brandingnya elegan dan simpel,
sampai akhirnya audience aware sendiri ciri khas/branding kita seperti apa.
Tak lupa, disebutkan pula oleh Tutu, cara
menemukan strateginya yaitu dengan trial
& error dan analisa data insights instagram kita sendiri. Selain itu,
namanya sosial media, the first rule of social media itu adalah konsisten.
Konsisten ini gak melulu soal rajin posting. Konsisten bisa berbagai hal.
Misalnya, brandingnya yang konsisten, dari awal brandingnya elegan dan simpel, sampai
akhirnya audience aware sendiri ciri khas/branding kita seperti apa.
Pertanyaan selanjutnya yaitu pendapat Tutu
mengenai instagram user yg masih sedikit followersnya tapi sudah ditanya
ratecard untuk kerjasama, serta bagaimana tipsnya juga agar tidak mengecewakan
pihak tersebut dengan followers yg masih sedikit.
Jawaban Tutu tentang itu, begini, sebetulnya
ketika calon klien/brand menanyakan soal ratecard, berarti calon klien/brand
ini menghargai posisi kamu sebagai blogger/content creator. Yang harus kita
lakukan agar tidak mengecewakan mereka, tentu harus membalas email/direct
message tersebut dengan sopan & professional.Selanjutnya untuk masalah
nominal dari ratecard sendiri bisa kita sesuaikan sendiri dengan worth kita sebagai blogger/content creator. Yang dilihat
gak melulu soal follower. Jangan khawatir, karena yang pasti, ada banyak akun
instagram yang memang punya followers dibawah 5000 tapi memiliki engagement
rate yang cukup tinggi.
Cara menentukan engagement rate
rendah/tinggi:
1%: low
1%-3.5%: average
3.5%-6%: high
> 6%: really high
Jadi meskipun followers kita belum
mencapai 5000, kita bisa meningkatkan engagement rate dan menunjukkan ke calon
klien/brand melalui media kit... "ini loh dengan Engagement Rate sekian,
aku worth sekian". Kalo memang setelah itu calon klien/brand menghilang,
anggap saja belum rezeki.
Pertanyaan lain, yaitu tentang tips
untuk self branding. Bagaimana cara mengambil hal menonjol yg bisa dijadikan
sebagai branding kita supaya tidak sama dengan konten kreator lain?
Selanjutnya, pertanyaan lagi, Bagaimana
menyikapi, kadang insight kita menunjukan data yg menurut saya tidak relevan. Misalnya,dikatakan
pukul 13.00 adalah jam prime time. Tapi, postingan kita pada jam segitu malah sepi atau sebaliknya,
apalagi sekarang, misal hari sabtu, insight kasih lihat data kamis. Apa kita analisis
sendiri atau bagaimana?
Terkait cara self branding kata Tutu, yang harus kita
lakukan yaitu dengan mencari tahu dari sekian banyak
konten di instagram, yang mana yang banyak diminati oleh audience. Kita juga mesti
mencari tahu kira-kira apa strength (kekuatan) dari diri kita sendiri, apakah
jago blending eyeshadow atau apakah apakah kita paham betul soal ingredients yang
terdapat pada satu produk, dll. Terus, kita juga harus menentukan ciri khas
tersendiri dari hal yang paling simpel. Misalnya, kita suka warna pink. Jadi
kita bisa gunakan warna pink ini sebagai branding kita, misalnya background,
desain dari lower thirds video, atau watermark berwarna pink.
Untuk pertanyaan terkait prime time
post, Tutu mengatakan, memang harus trial and error sih. Prime time memang
misalnya menunjukan jam 13.00, tapi tak semata-mata harus post jam 13.00 itu. Bisa
diakali 2-3 jam sebelumnya atau bisa saja post jam 13.00 tapi dengan
menggunakan tambahan semacam teaser di insta story. Di situ kita bisa lihat,
efektif apa tidaknya cara itu. Yang pasti, balik lagi ke akun kita sendiri.
Strategi seperti ini bisa kita temukan jika kita sudah trial & error. Intinya,
instagram itu semakin sering diotak-atik, kit bisa analisa patternnya seperti
apa. Setelah kita mengetahui patternnya seperti
apa, pasti kita akan tahu strategi seperti apa yang harus diterapkan. So, jangan
cuma melihat instagram ini sebagai ”ah cuma sosmed”. Anggaplah akun instagram
kita ini sebagai “start up company” kita. Seperti perusahaan pada umumnya, pasti
ada research, trial & error, ada investasi sana sini, supaya bisa survive dan bisa dilihat menonjol.
Pertanyaan selanjutnya, terkait
algoritma Instagram yang sempat berubah, di mana kata beberapa website yang
mengatakan seperti ini: 1) kalau kita ngedit caption kurang dari 24 jam itu
bakal ngaruh ke berapa banyak like/viewers yang didapat dan itu biasanya kecil,
2) balas komen lebih dari 1 jam bisa ngurangin potensi kita untuk bisa masuk ke
explore, 3) menggunakan tag terlalu banyak (walau sesuai niche) bakal tidak
terdeteksi di explore (maksimal 4 saja).
Jawaban Tutu: berdasarkan trial dan errornya sendiri
dalam hal edit caption kurang dari 24 jam bakal ngaruh ke berapa banyak
like/viewers atau tidak, ternyata tidak berpengaruh. Selain itu,
berdasarkan berbagai research yang sudah Tutu baca, itu juga tak ada
pengaruhnya. Yang akan memberi pengaruh itu, kalau captionnya memang tidak
memberikan cerita/pelajaran kepada audience. Audience dengan sendirinya pasti
malas melihat postingan yang captionnya kurang menarik.
Kalau untuk pertanyaan apakah membalas
komentar lebih dari 1 jam bisa mengurangi potensi kita untuk bisa masuk ke
explore, Tutu bilang, tidak benar ya. Balas
komentar, kapan saja boleh kok. semakin banyak interaksi di postingan, semakin
besar potensi sebuah post masuk ke explore. Tapi perlu diperhatikan kecepatan
saat membalas ya, terlalu cepat balas komentar juga bisa menyebabkan akun kita
diblok untuk komentar. Kenapa? Karena terlalu cepat ini aktivitasnya jadi
menyerupai robot, makanya diblok oleh pihak instagram. Terkait penggunaan
hashtag terlalu banyak bisa mengurangi potensi postingan muncul di explore memang
kalo ini masih ada 2 pendapat. Ada yang bilang terlalu banyak hashtag bisa
dianggap seperti akun robot, makanya potensi postingan muncul di explore kecil.
Ada juga yang bilang semakin banyak semakin baik (asalkan tidak lebih dari
batas hashtag yang ditentukan instagram, kalau tak salah 30 hashtags). Menurut
Tutu, yang lebih berpengaruh itu jenis hashtag yang kita gunakan.Gunakan
hashtag yang memang populer dan banyak orang gunakan. Selain itu juga hashtag
yang sering kita cek atau interaksi. Lebih lanjut Tutu mengatakan, masalah
banyak atau tidknya, dia masih netral, karena kalau berbicara dari pengalaman
sendiri, Tutu kadang menggunakan 10 hashtags saja, sudah masuk explore atau kadang
menggunakan 30 hashtags juga bisa masuk explore.
Ada dua pertanyaan lagi yang memang
ditunggu-tunggu Tutu yaitu terkait Engagement Rate (ER) - jumlah likes + jumlah comments)/ followers x
100 tapi gak perlu ribet sih sekarang karena sudah cukup banyak ER calculator
online. Dengan mudah, user instagram bisa cek dari socialblade.com atau https://phlanx.com/engagement-calculator, dengan
melakukan polling atau question box, itu salah satu caranya mengenali apa yang
audience mau. Jika kita mendapat respon sedikit, itu tak masalah. Respon pasti
akan meningkat ketika sudah dikabulkan respon mereka.Kadan audience itu malas merespon
karena mereka mikirnya, "ah paling cuma nanya doang”, jadi memang setelah kita melakukan polling dan
question box tadi, harus dibarengi sama action. Jadi trust antara audience dan akun instagramnya bisa terjalin.
Melanjutkan dari bahasan hashtag diatas,
ada lagi pertanyaan, katanya menggunakan hashtag yg sama berulang2 di semua
postingan, justru memperbesar potensi di shadowban,
apa benar? Yang kedua, kenapa ketika followers masih 2K, reach per post bisa
2-4x lipat nya. Sedangkan saat followers udah diatas 8k, reach per post makin
menurun sampai cuma 1/3 nya. Apa instagram lebih memilih akun-akun baru aktif
yg followernya lebih sedikit?
Dan
jawaban Tutu adalah shadowban itu hoax, ini sudah ada
konfirmasi dari pihak instagram bahwa tidak ada yang namanya shadowban.
Kemudian untuk penggunaan hashtag memang sebaiknya tiap postingan bervariasi
sih... 1 atau 2 hashtag yang sama boleh, tapi kan setiap postingan pasti beda
topik, tak mungkin dong semua mesti sama. Ambil contoh misalnya post foto
skincare dari brand A tapi hashtagnya dari brand Z. Jelas itu tidak ada
hubungannya.
Untuk pertanyaan yang kedua, Tutu
mengatakan, bisa terjadi karena banyak hal. Salah satunya mungkin audience menilai
postingan kita monoton. Mungkin bisa coba sekali-kali dikasih twist, mungkin
posting tentang kehidupan pribadi atau mungkin strategi yang kamu gunakan udah
basi? Harus mulai cari tau lagi, strategi baru apa yang perlu kamu terapikan.
Pun demikian, yang Tutu amati saat ini instagram lebih favor akun-akun yang
memang organik ya. Organik di sini maksudnya dengan *real* followers dan *real*
engagement...
Sebelum pembahasan mengenai How to Growth Instagram
ini ditutup, Tutu menambahkan, lebih baik followers tidak banyak dengan engagement
tinggi dan berintegritas, dari pada followers banyak tapi fake (palsu), karena
followers hanyalah angka dan bisa diotak-atik orang. Sedangkan integritas? Pastinya
kan kembali lagi ke diri kita masing-masing seperti apa diri kita. Yang pasti, sesusah
apapun di instagram, please jangan beli followers atau engagement. Itu malah akan
merusak branding dan data kita.
Senang sekali saya mengikuti pembahasan
ini, karena saya sendiri kadang masih bingung dengan instagram ini. Harapan
saya, setelah membaca serangkaian ilmu dari Tutu di atas, semoga kiranya kita
dapat mengaplikasikannya pada instagram kita msing-masing, ya...
Salam
Auda Zaschkya
22 komentar
thanks kak infonya, membantu sekali
BalasHapusSama2... Aku juga lagi belajar
HapusKemarin mau ikut juga. Tapi akupun bingung knapa gjd. Wkwk.
BalasHapusAmpun, Madam 😅
HapusWah aku juga ikutan tapi blm ngepost ni kak
BalasHapusAku juga ikutan kak, acara ini tuh beneran sangat bermanfaat jadi makin tau detail fitur instagram :)
BalasHapusRiset aku seh, beauty blogger sepi, Foodie juga sepi, pas posting traveling langsung view banyak banget. Jadi audience pengen aku jadi traveler ya 😂
BalasHapusPencerahaaan bgt Kaa dan aku jadi penasaran soal shadowban walaupun udh diconfirm hoax ya hehe thanks for sharing yaaa 😍
BalasHapusdari beberapa postingan yang aku baca tentang ngopcan ini, punya kamu paling lengkap :) thanks for sharing
BalasHapusbtw ngomongin shadwo ban, aku nyobain dan bener loh salah satu heshteg aku klik nggak muncul postinganku
HapusBermanfaat banget nih buat aku yg baru mulai memanfaatkan instagram untuk branding dan masih berusaha buat meningkatkan instagram aku.
BalasHapusTapi tetep aku merasa skrg utk naikin instagram itu ga semudah era 2015-16 😂
BalasHapusseru banget yaa bahasannya! branding diri sendiri emang agak susah yaa untuk di instagram sekarang :(
BalasHapusEh kakak ikutan ya di ngopcan kmren wkwk ku tak sadar saking banyaknya yg ikutan wkwk
BalasHapusAsyik banget bisa ikut diskusi begini mak, sekarang sih lagi ngebost akun beauty walaupun tetap memperhatikan akun lainnya karena punya 3 akun dengan niche berbeda hahaha
BalasHapusyaampun nyesel banget gaikut class nya. ini berguna banget sih ilmunya. and i'll do it one by one. heheh
BalasHapusSip sekali ilmu ngeblog ak jadi nambah.. ak punya blog juga dan memang sedang mencari tips how to grow seperti ini
BalasHapusWaw penjelasan yg sangat lengkap.. membantu sekali beb untuk para beauty vloger/ content creator membuka link dan peluang di IG. Nice 👌
BalasHapusAsikk banget bisa ngopi cantik, sekaligus belajar bareng sama suhunya 😍
BalasHapusSeru banget yaa nambah ilmu mengenai perinstagraman dan ternyata sebanyak itu yang aku belum paham hehe
BalasHapuswah keren banget ilmunya kak, makasih
BalasHapusWah yg ngopi cantik ini aku gak ikutan.. Sayang banget, soalnya infonya banyak dan bermanfaat banget.. Tp tertolong krn peserta yg ikutan udah sharing kayak km gini, thank u yaa
BalasHapus