Berkat Ibu, Saya Menjadi Pribadi Yang Mandiri

Alhamdulillah saya dihadirkan oleh-Nya ditengah-tengah keluarga kecil ini pada tahun 1988. Keluarga yang begitu mengharapkan tangisan bayi perempuan sejak 15 tahun setelah kelahiran putra pertama mereka yaitu Kakak laki-laki saya (1973).

Saya terlahir dengan cacat lahir bawaan (bukan fisik) yang mungkin tak semua ibu dapat menerima kekurangan tersebut. Namun ibu saya, beliau dengan begitu sabar dan terampilnya mengurus seorang Auda Zaschkya, bayi yang diberi kesempatan hidup oleh-Nya dengan bermodalkan berat badan 1.9 kg ditambah lagi dengan memiliki disfungsi saluran pencernaan yang juga saat itu menyebabkan BAB saya harus saya lewati melalui perut.

Ibu melewati harinya dengan sibuk mengurusi saya kecil dan berbagai masalah kecacatan saya. Berkali-kali saya harus dioperasi, beliau tetap bersabar dan selalu berusaha kuat. Tak pernah sedikitpun terfikir oleh beliau untuk meninggalkan saya karena penyakit saya. Dan berkat ketelatenan beliau dalam merawat saya, Alhamdulillah saya masih diberikan umur oleh-Nya hingga menginjak usia 6 tahun.
Pada usia saya tersebut, ternyata ujian dari-Nya juga masih ada dan Mei 1994 kami mendapat musibah kebakaran yang menghabiskan sebagian harta benda yang keluarga kami miliki. Ternyata itu adalah pukulan terberat bagi ayah saya. Sebelumnya beliau memang sakit, namun musibah itu membuat pikirannya bertambah. Belum lagi kami bertiga (abang sudah kuliah di Bandung) harus menumpang di rumah kerabat ayah. Kemudian pada 11 Agustus 1994 kami memiliki rumah kembali. Ayahpun bertambah sakit akibat stres, dan pada akhirnya beliau meninggalkan saya dan keluarga pada 7 September 1994. Selamat jalan Ayah, ami selalu do’ain Ayah. Semoga Ayah tenang disana. Ami sayang Ayah ^_^.

Mulailah saat itu saya hidup bersama ibu dan kakak angkat saya (menikah sekitar 2002).

Berkat ibu, saya menjadi pribadi yang mandiri

Dari saya kecil, ibu tak pernah memanjakan saya dengan menuruti kemauan saya yang mungkin tak mampu diberikan mengingat uang yang dimiliki Cuma berharap dari pensiun. Tapi ibu selalu memenuhi keperluan sekolah saya serta mengajari saya belajar dan mengaji. Untuk pakaian, pakaian saya selalu dijahitkan oleh ibu sampai sekarang, bahkan pakaian dalampun ibu yang membelikan (saya merasa malu bila harus beli sendiri) :P

Ibu selalu menolak mengantarkan dan menjemput saya ke sekolah, pernah kakak angkat saya yang mengantar, itu pun saya tak ingin berjalan dekat dengannya. Bila menyebrang jalan sayapun tak mau disebrangkan olehnya hingga suatu ketika saya disenggol oleh pengendara sepeda motor yang menyebabkan lebam di pinggang saya. Sakitpun saya tak menceritakan pada ibu, Saya tak ingin membebani ibu saat itu dan ketika ibu melihat pinggang saya, barulah saya dimarahi oleh ibu. “mak,, ami ‘gak mau nyusahin mak, ami mau mandiri kayak yang selama ini mak ajarin”.

13241429121133763834

Pada tahun 2000 disaat saya akan melanjutkan ke SMP, saya mengurusi segalanya sendiri, saya tak mau membebani ibu. Ini urusan kecil kok, saya bisa mengurus ini sendiri. Di tahun 2003 saat mau masuk SMA, saya juga mengurus semua sendiri, ibu hanya memberikan uang yang cukup dan urusan itu pun selesai beberapa hari berikutnya.

Ibuku adalah wonder woman

Dimata saya, ibu saya adalah wanita yang rendah hati. Beliau mengenyam pendidikan hingga tamat S1 dan namanya menjadi Dra. Mariana, tetapi beliau tak mau menggunakan titelnya tersebut pada Kartu Keluarga (KK) bahkan KTP.  ami bangga punya mak.. selalu bangga dari dulu, sekarang dan selamanya.

Kemandirian yang beliau ajarkan pada saya menjadikan saya berani mencoba  segala hal, apalagi sesuatu yang menantang adrenalin saya walaupun hasil nya tak baik buat saya. Intinya, saya sudah mencoba.

Saya tahu, begitu seringnya saya menyakiti hati ibu oleh kelakuan saya yang tak baik dimatanya. Berulang kali saya mohon maaf kepada beliau dan beliau pasti memaafkan saya. “Mak,, ami memang bandel mak, tapi ami sayang kali sama mamak, maafin ami ya mak”.

1324142367515566776
ibu saya adalah wanita terindah yang pernah saya temui

Pada saat saya mengalami kecelakaan dan harus dioperasi untuk pemasangan pen, ibu mendampingi saya di rumah sakit. Beliau harus tidur di lantai rumah sakit Cuma beralaskan karpet karet. Saya tahu dinginnya lantai rumah sakit. Sepulang dari rumah sakit, ibu pasti sakit. Saya tak mau ibu sakit karena saya lagi. Ini juga yang membuat saya menolak untuk dioperasi kembali padahal sudah setahun pen ini harus dicabut.

Saya tak ingin membebani ibu untuk mengurusi saya, tapi ibu tak pernah merasa saya kerepotan dalam mengurus saya. Saya amat sadar, sedari saya Cuma bayi yang tak ada daya upaya sampai diumur saya yang 23 tahun ini ibu tak pernah sungkan membantu saya menyelesaikan berbagai permasalahan saya, entah itu tentang kuliah ataupun tentang percintaan saya karena saya selalu mengenalkan teman dekat saya kepada ibu.

Tak ada orang lain diluar sana yang mengerti saya dan mengetahui bagaimana perangai saya. Terserah mereka mau menilai saya bagaimana dan mengatakan apapun tentang saya. Silahkan saja menilai dan menerka-nerka tentang saya, karena Cuma ibu Mariana yang mengetahui keadaan diri saya sebenarnya, luar dan dalam.

Selamat Pagi

Auda Zaschkya

You Might Also Like

0 komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Just an ordinary girl who wanna be a woman someday

Translate