Seorang Bocah Bekerja Di Malam Hari
Beberapa
minggu yang lalu tepatnya sebelum UN SMA sepulang kuliah malam, seperti
biasa saya berjalan-jalan sebelum pulang ke rumah. Saya memasuki sebuah
komplek perumahan yang dihuni oleh masyarakat dengan perekonomian
menengah ke atas (baca : komplek elite). Tujuan saya kesini
adalah mini market yang terdapat di dalamnya. Sebelum ke mini market,
pandangan saya tertuju kembali kepada seorang anak kecil dan saya pun
menghampirinya lagi. Kembali bagaimana?
Awal perkenalan saya dengan Reza sekitar 5
bulan yang lalu. Apa yang ia lakukan di komplek ini di malam hari? Ia
berjualan tape disana. Tape yang ia jajakan berjumlah 40-60 bungkus.
Perbungkusnya seharga Rp 2000,00. Tape ini bukan milik orang tua Reza,
melainkan titipan orang yang Reza jualkan.
Reza
berada di dalam komplek ini dari pukul 6 sore atau sehabis magrib dan
baru pulang ke rumah pada pukul 10-11 malam. Menurut penuturan Reza, ia
mendapatkan bagian (baca:upah) setengah dari harga
keseluruhan tape yang berhasil terjual. Misalnya jika tape ini terjual
40 bungkus, maka Reza mendapatkan upah Rp 40.000,00
Keseharian Reza
Reza
adalah anak sulung dari 3 bersaudara. Ia tinggal bersama adik-adik dan
kedua orang tuanya di sebuah rumah sederhana yang lokasinya tak jauh
dari Sekolahnya. Sekolah tersebut adalah sebuah SD Inpres yang terletak
di pasar empat Tj. Sari, Medan. Di sekolah ini Reza duduk di bangku
kelas 6 SD. Rutinitasnya sehari-hari yaitu berangkat ke sekolah pada jam
7 pagi. Kemudian sepulang sekolah pukul 1 siang, Reza belajar atau
membuat PR di Rumah. Lalu pukul 3 sore, ia pun pergi mengaji. Pulang ke
Rumah untuk beristirahat sebentar dan pukul 6 sore ia berangkat ke
komplek tersebut.
Menurut cerita Reza, ia melakukan pekerjaan tersebut demi membantu meringankan beban keuangan orang tuanya, “dapat uang berapa aja, ku kasihlah sama mamak”.
Pulang ke rumah, Reza langsung beristirahat. Keesokan harinya, rutinitas tersebut ia lakukan kembali. “udah setahun lah aku jualan disini, kak”, kata Reza. Saya pun bertanya, “kau senang dengan yang kau lakukan?”. Dengan wajah polos Reza menjawab, “uangnya untuk biaya sehari-hari kak”.
Letih
memang tampak di wajah polos Reza. Pekerjaan yang dilakukan Reza
tentunya beresiko tinggi misalnya tubuhnya rawan diserang penyakit
akibat sering terkena angin malam mengingat ia masih berusia 12 tahun,
apalagi pekerjaan tersebut dilakukannya di malam hari. Fenomena anak-anak bekerja di Indonesia memang masih sangat mengundang keprihatinan walaupun memang niatnya sangat mulia.
Layaknya anak-anak
lain seusianya, sebaiknya ia dapat memiliki waktu untuk dirinya
sendiri, entah itu bermain bersama teman sebayanya atau belajar. Namun
demi membantu meringankan keluarganya, mau tidak mau ia harus merelakan
waktu anak-anaknya. Barulah pada hari minggu ia dapat sedikit
beristirahat.
Memang
sejak UN SMA kemarin, Reza tak tampak berjualan di komplek tersebut.
Mungkin sedang konsentrasi untuk UN SD minggu depan. Semoga berhasil
Reza. Kalau Reza masih berjualan di komplek itu, saya pasti datang lagi
membeli tape yang ia jualkan. Pembaca mau ikut?
0 komentar