Tentang Realita Dalam Kehidupan
Oleh : Lilih Wilda & Auda Zaschkya
Detik demi detik berlalu, membawa segala macam cerita hidup telah banyak kau lewati sedari muda hingga senja dan akan menutup mata untuk kembali padaNya. Izinkan aku bertanya, tahukah kau tentang kehidupan itu?
Banyak orang berkata, hidup itu perlu dijalani agar kita tahu warnanya. Kalau tidak hitam yang terpampang, maka keagungan putih pun terkembang.
Seperti yang kita tahu, putih menggambarkan kebajikan, kebaikan, keindahan dan kearifan. Sedangkan hitam? Tentu sebaliknya. Layar hitam selalu menggambarkan kesalahan, keburukan, kemunafikan dan keangkara murkaan.
Pemahamanku sebagai orang awam, warna putih itu bisa melambangkan keceriaan dan kebahagiaan, dan hitam dengan sendirinya akan menggambarkan kesedihan dan kemuraman.
***
Lalu dimanakah kita berpijak
Diatas papan putih ataukah hitam ?
***
Tergantung dari yang mempunyai tujuan. Ada yang memilih putih namun banyak pula yang memilih hitam.
***
Sesederhana itukah hidup ini?
Tentu tidak
***
Sebab seperti yang kita tahu, ada banyak orang yang berdiri diantara hitam dan putih. Mungkin inilah yang disebut dunia abu-abu.
***
Dunia abu-abu?
***
Ya itulah dunia dimana satu sisi kita akan selalu terlihat ceria dan bahagia. Namun di sisi lain terlihat murung akibat masalah yang menimpa kita.
Ada juga orang yang tak menyukai sesuatu, namun dengan mudahnya ia tersulut emosi sehingga meledak-ledak dalam menyampaikan ketidaksukaannya.
Atau, di satu sisi terlihat manis, ramah tamah terhadap semua orang, namun di sisi lain ia sedang bersiap-siap untuk menyikut orang-orang yang tidak ia sukai. Sisi kehidupannya terlihat baik, seakan-akan sangat teguh memegang aturan. Secara kasat mata, orang-orang hanya mampu menilai bahwa ia adalah orang yang teramat baik dan bijaksana. Namun di balik itu hidupnya penuh dengan kebusukan.
Antara dunia hitam dan dunia putih itulah dunia samar yang disebut dunia abu-abu. Dimana tak jarang kita masuk di dalamnya. Pilihan terletak di diri kita masing-masing, hendak menjadi pribadi yang benar-benar tulus atau pribadi yang munafik?
Mari merenung bersama !
0 komentar