Masa Depanku Direnggut oleh HIV/AIDS


1354384403393636744

http://empowerednews.net

“Hei, kau sudah bangun?”, tanyaku seketika saat melihatnya meringkuk di dalam selimut hotel mewah ini di  sisiku. Namun ia tak menjawab. Mungkin karena kelelahan akibat menggagahiku sebelum ia tertidur. Pengaruh inex pun membuainya dalam tidur sembari menyunggingkan senyum.
Ya.. Senyum itu yang membuatku terpikat padanya hingga menyerahkan diriku untuk bersamanya walaupun aku hanya menjadi pacar gelap dari seorang dosen di kampusku, di tempatku mencari ilmu guna masa depanku.
Tak lama ia terbangun, menarikku kembali dalam dekapan kekarnya dan aku pun tertidur bersamanya. Hubungan terlarang ini terus kujalani sampai ia meninggal akibat terjangkit penyakit HIV/AIDS.

***

Namaku Putri, seorang bunga desa di kampung halamamanku. Menuju ibu kota adalah impian terbesarku selepas menamatkan pendidikan di bangku SMA. Awalnya orang tuaku tak setuju akan hal itu, namun berkat beasiswa serta bujukan dari wali kelasku yang mengatakan aku memiliki potensi dalam berbagai pelajaran, akhirnya aku pun menginjakkan kaki di ibu kota.
Dengan membawa uang dalam jumlah yang tidak begitu banyak, tibalah aku di kota yang terkenal dengan banyak pendatangnya. Di kota ini, aku berharap dapat kuliah dengan baik, seperti harapan orang tua dan wali kelasku di kampung.
Namun itu hanya keinginan, harapan yang tak akan bisa aku wujudkan sejak aku bertemu dengan Bram.

***

Secara fisik Bram adalah seorang pria yang tak begitu menarik bahkan cenderung biasa saja,  namun ia termasuk dalam jajaran pria kaya di kampusku. Hal itu terlihat dari kendaraan yang sehari-hari dipakainya adalah mobil keluaran terbaru. Perempuan mana yang tak terpikat padanya? apalagi ditambah wibawanya sebagai putra rektor di kampusku yang dapat membuat semua orang menghormatinya.

Ya.. sebagai putra rektor dia memiliki hak untuk mengajar disini. Selain sebagai pengusaha, ia adalah salah seorang dosen. Dosen yang gemar mengencani gadis-gadis muda di kampusku, begitulah kalimat dari salah seorang kakak kelas yang tak lama menjadi pacarku, Andre.

***

Andre adalah sesosok pria romantis dan baik yang pernah kukenal. Selama aku masih kebingungan di kota ini, dialah yang selalu membantuku hingga tanpa sengaja, intensitas pertemuan kami menimbulkan rasa cinta. Aku menjadi kekasih Andre di awal semester keduaku di kampus ini. Sementara Andre akan segera lulus. Andre selalu memperingatiku agar tak terlalu dekat dengan Bram.
“Jangan pernah ngobrol sama dia ya kalau tidak perlu. Aku tak lama lagi akan meninggalkan kampus ini dan tak bisa selalu menjagamu”, ujar Andre suatu saat. “tenang saja bang, aku bisa menjaga diriku”, sambil tersenyum aku menjawab pernyataan Andre.
Seperti pesan Andre, tentunya aku berharap tak pernah bertemu dengannya di dalam kelas. Namun, ternyata dia juga mengajar salah satu mata kuliahku untuk semester ini. Dan disinilah awal kekelaman hidupku dimulai.

***

Di sebuah senin pagi, Bram mulai mengajar di kelasku. Walaupun fisiknya terlihat biasa saja namun gayanya yang bak pria metroseksual menarik perhatian banyak gadis di kelasku hingga mereka berebut untuk duduk di depan.

Sembari mengajar, Bram sering melemparkan pertanyaan kepadaku dan sering melirikku. Tatapan matanya terkadang sangat dalam seolah sedang menelanjangiku. Sedari awal, aku memang tak memperdulikannya namun tatapannya bagaikan kutub positif magnet yang menarik kutub negatif. Entah apa yang terdapat di matanya hingga tatapannya begitu kuat menggodaku. Tak ayal, aku pun sering mengobrol dengannya di luar kelas bahkan di luar kampus. Bram begitu perhatian padaku hingga membuatku sejenak melupakan Andre, malaikat pelindungku.

Kedekatan kami akhirnya tercium juga oleh Andre namun dengan sabarnya yang tak pernah lekang, ia masih mau menasehatiku untuk tak dekat dengan Bram, namun keesokan harinya aku kembali dekat dengan Bram. Hubunganku dengan Andre memang tak pernah berakhir karena ia memang pria terbaik diantara banyak pria yang pernah singgah dihidupku. Setiap kesalahanku, pasti dengan lapang dada dimaafkan olehnya. Intensitas pertemuanku dengan Andre tak sesering dulu karena sekarang Andre telah bekerja. Dan di saat aku kesepian inilah Bram hadir dengan sejuta pesonanya.

Beginilah siklus hidupku terus sampai pada suatu hari aku pun menjalani hubungan dengan Bram. Kepintaran kami menyembunyikan hubungan ini tak pernah diketahui oleh siapapun termasuk Andre kekasihku.

***

6 bulan kami telah berhubungan, sampai suatu hari Bram mengajakku untuk merayakan ulang tahunnya di salah satu club malam. Sebagai orang kampung, aku tak pernah masuk ke tempat seperti ini, apalagi bersama Andre.
Suasana ruangan yang remang-remang, membuai banyak orang untuk berjoged riang sembari diiringi oleh dentuman musik yang dimainkan oleh DJ. Rasanya aku ingin keluar dari tempat ini namun karena tak tahu jalan pulang, aku tetap diam disini berusaha mengikuti alunan DJ tersebut bersama Bram.

Tak lam Bram memberiku segelas minuman yang aku kira tadinya itu hanya teh manis. Dasar orang kampung, aku tak tau apa-apa hingga aku menerimanya hingga aku pun merasa pusing. Minuman ini begitu mencanduku, belum lagi aku sempat diberi sebuah pil oleh Bram yang tadinya dia katakan sebagai obat sakit kepala.

Setelah menelan pil setan tersebut, seketika tubuhku terasa panas hingga aku bersemangat untuk terus berjoged. Minuman yang memabukkan itu pun terus kureguk. Seketika aku melupakan cita-cita utamaku di kota ini, melupakan orang tuaku dan juga Andre.

***

Pukul 03.00 pagi, aku tersadar dari tidurku, mendapati tubuh telanjangku disebuah kamar yang redup. Sembari menangis, aku mendapati Bram yang tertidur di sisiku. Tangisanku membangunkannya. Ia memohon maaf padaku dan berjanji tak akan mengulangi perbuatannya.

Seperti janji-janji yang dilontarkan banyak pejabat di negeri ini, janji yang diucapkan oleh Bram pun hanya sebatas malam itu dan kami pun melakukannya lagi bila ada kesempatan hingga aku pun kecanduan. Tak sampai disitu, pemakaian inex pun meningkat sampai ke narkoba jenis suntikan sampai-sampai aku benar-benar ketergantungan pada Bram dan narkoba itu.

Akibat perbuatan dosa kami, memang aku tak pernah sampai hamil padahal Bram tidak memakai kondom. Bram selalu memberiku obat sebagai pencegah kehamilan dan ia pun berjanji menikahiku jika aku sampai hamil. Ini rahasia kami.

***

Sampai suatu pagi, aku merasakan ada yang aneh di tubuhku. Perutku terasa benar-benar mual, padahal sebelumnya bila masuk angin pun aku tak pernah merasakan ini. Kemudian aku berpikir, selama berpetualang dengan Bram dia tak pernah memakai kondom. Seketika aku menangis karena aku tahu, ini adalah pertanda wanita hamil. Tak perlu test pack, aku pun segera pergi ke rumah sakit.

Setelah dilakukan Pemeriksaan Ultra Sonografi (USG), dokter kandungan pun mengucapkan selamat padaku bahwa aku hamil namun aku menangis. Dokter bertanya, “kenapa kamu menangis, bukannya senang ya kalau hamil?”. Aku tak sanggup berterus terang. Dokter pun menangkap gelagatku dan menyuruhku untuk melakukan serangkaian tes darah saat itu juga.

Setelah istirahat siang, aku kembali ke dokter itu dan dokter pun mengatakan bahwa dari hasil tes menyatakan bahwa aku mengidap penyakit AIDS. Dokter menanyakan padaku, apakah aku pemakai narkoba? Dengan berat hati, aku pun menjawab pertanyaan dokter dengan anggukan sembari terus menangis.

Sembari menenangkan diri, aku menghubungi ponsel Bram dan mengajaknya bertemu. Setelah bertemu aku menceritakan padanya tentang kehamilan dan penyakit AIDSku. Masih dengan senyum, Bram berkata, “laki-laki mana yang telah tidur denganmu hingga menularkanmu penyakit itu”.

Dengan marah aku pun berkata, “aku hanya tidur dengan seorang pria dan itu kau, dosenku yang genit dan bertampang biasa saja!!! Dan penyakit ini menjangkitiku karenamu. Jangan kau salahkan aku. Kau menghancurkan hidupku”.

Bram pun marah dan ia ingin melayangkan tamparannya ke wajahku. Aku berkata, “silahkan tampar dan pukul aku jika mampu menghilangkan penyakit ini”.

Seketika Bram diam dan mengakui memang ia mengidap AIDS dan ia ingin terus bersenang-senang sampai ajal menjemputnya. “kau tahu, hidupku juga tak lama lagi, makanya aku ingin senang-senang dan maafkan aku karena telah mengorbankanmu Put”.

Setelah pertengkaran hebat itu, selama 3 bulan ini aku terus mencarinya. Di kampus tak ada, di hotel-hotel tempat kencan kami pun tak ada. Aku tak pernah bisa menghubungi Bram lagi. Kabar terakhir yang kudengar adalah Bram telah meninggal dunia. Teman akrab Bram yang mengatakan hal itu. Ia mengatakan bahwa Bram meninggal karena penyakit AIDS.

Kini, bagaimana denganku? Cita-cita dan harapan orang tuaku harus kukubur sedalam-dalamnya. Bagaimana dengan Andre? Bila ia mengetahui keadaanku, masihkah ia menerimaku?

***

Aku tahu, aku dan masa depanku telah hancur. Ditengah kekosongan jiwaku, aku memutuskan untuk pergi ke suatu tempat. Dengan uang pemberian sang dosen kaya yang telah meninggal itu, aku ingin berobat di tempat lain, mengingat di Indonesia telah ada pengobatan untuk mencegah HIV berkembang yaitu dengan Antiretroviral Theraphy (ART). Dan bila aku harus menghadapNya, aku ingin mati tanpa seorang pun dari keluargaku yang tahu. Sebelum aku pergi, aku menuliskan surat untuk Andre.

***

Aku pergi dulu ya. Jangan mencariku. Suatu saat jikalau aku masih dapat bertahan hidup, biar aku yang mencarimu dan memohon maaf langsung di hadapanmu. Maafkan aku telah mengkhianati cintamu. Maafkan aku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku harus pergi.
Carilah penggantiku, nikahilah seorang wanita shalehah yang tak pernah mengenal Seks bebas, Narkoba dan AIDS. Kau adalah lelaki terbaik yang pernah kukenal. Do’aku untukmu selalu, Ndre.

Salam sayangku
Putri

***

Aku tahu, hari ini Andre akan mengunjungiku seperti biasanya. Maka dari itu, surat itu kutitipkan kepada ibu kostku untuk disampaikan kepadanya. Semoga Andre memaafkan dan merelakan kepergianku.

Aku tahu, aku telah kotor. Hidupku bergelimangan dosa. Semoga kepergian dan penyakitku ini adalah petunjuk yang diberikan Allah Swt agar aku kembali menuju jalan-Nya. Pintaku padamu Ya Allah, tolong jaga keluargaku. Berikanlah kesempatanku suatu hari nanti untuk bertemu dengan mereka. Amin.

You Might Also Like

0 komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Just an ordinary girl who wanna be a woman someday

Translate