Menjadi Distancer Bukan Berarti Harus Galau !
Hai..Selamat
pagi buat semua pembaca kompasiana yang baru pulang malam mingguan.
Gimana dengan aktifitas malam minggu kalian yang punya pacar dan
pacarnya tinggal di satu lokasi yang sama? Semoga semuanya baik-baik saja, ya.
Pastinya kamu semua tak mengalami kesulitan yang begitu berarti jika ingin
bertemu dengan sang pacar. Tentunya hal ini sangat jauh berbeda dengan yang
dirasakan para distancer.
Distancer, apa sih?
Distancer adalah sebutan bagi para pelaku Long Distance Relationship (LDR) a.k.a Hubungan Jarak Jauh yang berbeda
kota, negara, maupun benua (kalau beda alam, gak masuk ya,hehehe..). . masih
aman, kan? Semoga ya!
Kadang ada juga yang gak tahan LDRan lalu memilih PHK (pemutusan
hubungan kasih) sebagai jalan satu-satunya dari pada menahan rindu
berhari-hari, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Kasihan sih sebenarnya
bila hubungan yang aman, damai, tentram, sentosa itu harus diakhiri, sehingga
banyak yang lebih memilih menjadi jomblowan/ti. Up to you, guys !!! ‘coz Cuma kamu yang tahu apa yang terbaik
buat kamu dan hatimu.
Sebagai LDR survivor,
saya sangat mengerti akan kesulitan yang dialami semasa LDRan itu berjalan.
Masalahnya itu biasanya seputar :
1. Wakuncar (waktu kunjung pacar)
Wakuncar yang biasanya
rutin dilakukan setiap malam minggu, tak bisa terjadi. Gara-gara si malam
minggu ini, para distancer dan jomblower diejekin sama si relationshiper.
2. Tak bisa sering bertemu
Seminggu itu ada 7 hari,
kan? Sebelum malam minggu, dari seminggu itu tak ada hari yang bisa bertemu.
Kata teman saya, “Rasanya dunia mau tamat gitu kalau sehari aja gak ketemu si
pacar.”
3. Si dia tak setia
Adanya pikiran yang
mengatakan dia punya pacar lagi. Lalu sedih, nangis.
4. Si dia tak bisa dihubungi
Setelah ponselnya tak bisa
dihubungi, lalu curiga berlebihan. “Benar nih, kayaknya dia selingkuh.”
5. Ketika di butuhkan, dia tak ada
Uring-uringan, ketemu
siapa saja bawaannya marah padahal lagi gak PMS. Saya pernah menjadi korban
amarah si kawan yang sempat distancer.
Dari beberapa hal di atas,
para distancer akan :
1. Sibuk menggalau
2. Punya kepikiran yang tak jelas kemana
3. Nangis, curhat sama sahabatnya.
4. Tak cukup disitu, menghubungi keluarga
sang pacar bahkan teman-temannya tanpa segan pun dilakukan.
5. Lalu, ketika sang pacar bisa
dihubungi, langsung marah-marah.
6. Bak polisi yang sedang mengintrogasi
penjahat, mulailah ia menanyai sang pacar.
7. Menuduh sang pacar selingkuh pun tak
ayal dilakukan.
“Meletakkan” seorang
mata-mata pun dilakukan seperti pengalaman saya yang saya tuliskan di sini . Si
mata-mata salah ngomong, asal tuduh dsb jadinya saya yang dimarahin mulai
tengah malam sampai menjelang subuh. Sampai pada akhirnya, ibu marah dan
menyuruh saya memutuskan hubungan dengannya karena menurut ibu, “aku aja yang
melahirkanmu, gak pernah marah-marahin kamu selama itu apalagi tengah malam.
SIAPA DIA BERANI MARAHIN KAMU??? PUTUSKAN !,” bentak ibu.
***
Para distancer itu
sebenarnya sadar sendiri dengan pilihan LDRnya dan tahu konsekuensi.
Kalian kan ada di lokasi yang beda dengan si pacar. Nah kalau kita sakit,
gimana?
1. Kan bukan si pacar yang ngurusin kita.
2. Kalau kita tinggal sama orang tua atau
saudara, masih mending ada yang melihat. Jika kita tinggal sendiri (kos)
gimana?
3. Apa mungkin si pacar tiba-tiba datang?
Logikanya kan tidak.
4. Apa yang si pacar bisa lakuin? Cuma
teleponin/smsin kita berjam-jam dengan alasan KHAWATIR. Haduh… alasan bodoh
yang dilakukan dari pacar yang bodoh. Kalau dia ngakunya pacar dan cinta sama
kita, dia pastinya punya pikiran untuk membiarkan kita beristirahat. Toh nanti
kita akan menghubunginya jika sudah siap berbicara.
Menjadi seorang distancer itu memang mesti tahan banting. Di
banting untuk setia dan di banting untuk nahan kangen. Sebenarnya kalau kita
mau berfikir jernih dan mengenyampingkan pikiran negatif, yang namanya LDR itu
mengasyikkan lho. Bagaimana tidak? Kita dapat :
1. Fokus
Selama kita sedang
sendiri, kita dapat memfokuskan diri untuk berkarya. Misalnya belajar biar bisa
naik kelas, belajar biar IP semester bagus, dan bekerja lebih rajin bagi yang
telah bekerja. Tentunya jika sedang fokus, kita tak ingin di ganggu oleh
siapapun, termasuk sang pacar.
2. Istirahat
Kita itu makhluk hidup
yang perlu istirahat. So, selama sang pacar tidak berada di samping kita, kita
bisa beristirahat semisal tidur demi memulihkan kondisi kita yang lelah dengan
aktifitas.
3. Punya waktu untuk diri sendiri
Buat yang cowok, kalau
punya hobi manjat gunung, bisa tuh dilakuin tanpa ada kekhawatiran berlebihan
dari sang pacar. Dan buat cewek yang hobi nyalon, bisa menghabiskan waktu
berjam-jam di salon tanpa harus membebani sang pacar untuk menunggui kita di
salon.
Logikanya gini, hidup kita
bukan untuk si pacar saja. Kita punya orang tua, kan? Fokus dulu demi
membahagiakan orang tua yang sudah lelah mencari uang untuk biaya
sekolah/kuliahmu.
Namun bukan berarti tidak perhatian pada si pacar. Dan bagi
pekerja yang distancer, sudah bisa memikirkan pernikahan, jadi lebih enak fokus
ngumpulin biaya nikah. Secara, nikah itu mahal, belum lagi kalau ada para
petugas di KUA yang melakukan pungli (pungutan liar).
Menjalani long distancer
relationship di zaman sekarang itu sebenarnya mudah. Mudah gimana? Siapa bilang
susah? Di zaman secanggih ini, masing-masing kita punya :
1. Ponsel
Dari jadoel phone, medium
phone sampai smart phone yang kita punyai dapat mudah menjawab kerinduan kita
sama si pacar.
Cew : “Baby, aku
kangen nih” (ngeliatin foto pacar).
Cow : “sama sayang, aku
juga rindu lihat wajah lugumu. Dengarin langsung suara manjamu”. (telponnya
sambil sembunyi di toilet karena pacar di kotanya lagi pacaran juga sama cewek
lain , hahahaaha… , gak ah, ni joke aja dari saya).
Cew : ”ih, sama banget
cinta” (ciumin foto pacar yang di HP)
Cow : ntar malam kita
telponan lagi ya sayang, jam 12an gitu (pacar irit nih nelponnya tengah malam,
hehee..).
2. Komputer + cam, laptop, netbook
Bullshit kalau kamu semua
gak punya salah satu dari benda ajaib ini, secara nilai dan uang yang bakal
kamu terima keluar dari alat-alat ini. Ya iyalah,, tugas sekolah/kuliah kan
bakalan di nilai kalau dari ketikan (jarang2 hari gini tugas masih suruh nulis
tangan). Belum lagi uang akan mengalir lancar bila tugas kerjaanmu
terselesaikan dengan rapi dari sini.
Bullshit lagi kalau kamu
bilang kamu gak punya akses internet di ketiga benda petingmu itu. Modem
termurah ada yang harganya Cuma seratus ribuan, kan? Belum lagi provider
telepon sekarang banyak sekali. Mereka kasih harga pulsa modem bervariasi dari
yang murah samapi yang mahal. Ada juga yang unlimited di kartu tertentu.
Dengan modem dan ketiga
benda ajaib itu, kamu juga punya Facebook, twitter, G+ dsb. Anak muda mana sih
yang gak punya? Jangankan anak muda, para orang tua aja, punya toh? Dengan
akses internet yang begitu mudah, kalian juga bisa ketemu di chat YM, chat FB
maupun Skype. Apa pun yang kalian lakuin kan bisa terlihat langsung sama si
pacar.
3. Bus, Kereta Api, Kapal Laut dan
Pesawat.
Keempat transportasi itu
bisa dipakai untuk mengunjungi sang pujaan hati bila kangen itu sudah setinggi
gunung Everest dan gunung Kilimanjaro. Ya, sebenarnya memang tergantung uang
juga sih. Kalau ‘gak punya uang ya ‘gak perlu maksain diri. Misalnya, sampailah
kamu ke kota si pacar terus mau nginap dimana, makan apa? Masa’ mau jadi
gelandangan sih?
4. Rumah/kos teman dan rumah saudara.
Nah, kamu sudah tiba di
kota sang pacar, lalu apa yang harus kamu pikirkan? Jangan samapai kalian jadi
gelandangan di kota sang pacar. Terus, pikirin juga gimana pun sebagai manusia
biasa, kalian kan harus berhemat. Jadi Kalau ‘gak punya uang ya ‘gak perlu
maksain diri nginap di hotel, apalagi sampai berhari-hari. Pilihan kamu ya nginap
di rumah/kos teman atau rumah saudara. Kalau di kos, minimal numpang tidur dan
mandi lah ya.. walaupun makan mesti tanggung sendiri. Kalau di rumah
teman/saudara kan malah enak, gak perlu pusing mikirin makan, minimal sarapan
kan di rumah.
Nah,, alasan apa lagi yang
mau diketengahkan para distancer untuk membantah riset saya ini? Gimana gak
riset, toh di awal saya udah bilang, sebelum jomblowati seperti sekarang ini,
saya kan distancer
survivor dan di
kunjungi para mantan ke kota domisili saya. Long distance
relationship bukan
akhir dunia lho. Selama masih long distance,
fokuskan saja ke dirimu tapi gak lupa juga untuk tetap memperhatikan sang
pacar.
Selain persiapan materi,
kalau mau LDR-an mesti benar-benar siap mental ya, buktinya banyak juga yang
berhasil dalam melalui LDR, contohnya beberapa kompasianer dan orang-orang yang
menuangkan kisahnya di buku yang sedang saya baca ini.
Jadi, tak ada alasan buat
galau, sedih apalagi sampai nangis karena long
distance.Kemudahan distancer sudah saya bahas melalui riset saya.
Zaman sekarang ini udah jauh lebih canggih dari zaman surat-suratan dulu yang
mesti nungguin pak pos di depan pintu. So, Stop Galau And Be A Smart
Distancer.
0 komentar