Jangan Merendahkan Dirimu Sendiri di Media Sosial !
Terakhir saya menulis di Kompasiana tanggal 5 April 2013. Ternyata cukup lama saya vakum ya? Tak menulis bukan berarti saya seketika langsung buta akan informasi ya. Saya masih aktif membaca dan berkomentar di sini.
Beberapa waktu yang lalu ada tulisan fiksi dari salah seorang kompasianer yang disebut-sebut menyinggung agama islam yang ternyata berbuntut panjang sampai hari ini. Sekarang, izinkan saya sedikit menuliskan opini pribadi saya terhadap tulisan tersebut di sini.
Benar, tulisan tersebut sangat menyinggung umat muslim, mau itu masuk kanal fiksi yang mana fiksi itu khayalan sang penulis, namun saya tidak setuju dengan adanya fiksi yang menyinggung agama seseorang dengan atau tanpa motivasi apapun.
Sejujurnya saya sendiri gemas dengan tulisan tersebut yang melecehkan agama saya, namun apakah saya harus menghakimi si penulis? Menurut hemat saya, tak wajar jika agama yang mana merupakan pedoman hidup seseorang menjadi bahan lelucon.
Tak hanya di kanal fiksi dan bukan sekali itu saya menemukan penistaan terhadapa agama saya, saya juga pernah mencium adanya “sulutan api” terkait membenturkan satu agama dengan agama lainnya yang mungkin secara kasat mata tak tampak oleh mata telanjang, biasanya tulisan “nakal” itu langsung saya laporkan admin beserta alasan saya melaporkannya, tanpa perlu saya teriak-teriak di kolom komentar.
Pertanyaan saya kepada Anda wahai kompasianer yang terhormat,
1. Tujuan Anda menulis di Kompasiana ini apa?
2. Siapa pembaca Kompasiana?
3. Menulis di Kompasiana, dibayar tidak?
4. Terkait tulisan menyinggung, Perlukah meneriaki hal tersebut?
***
Tujuan adanya Kompasiana sebagai Jurnalisme Warga ini sudah jelas, untuk sharing and connecting. Sharing itu berbagi, bukan? Silahkan tuliskan opini serta reportase yang Anda miliki disini yang tentunya luput dari media mainstream (media arus utama). Sebaiknya yang Anda bagikan itu memilik News Value (Nilai Berita) yang Aktual, Inspiratif, bermanfaat dan Menarik bagi Kompasianer lain. Jangan Cuma nulis curhatan kegiatan harian yang tanpa pesan positifnya atau amarah apalagi menyinggung agama orang lain.
Selanjutnya connecting yang artinya terhubung. Bina hubungan baik antar sesama kompasianer. Bagi Anda yang telah mengikuti acara Kompasianival, pasti mengenal sesama kompasianer. Selanjutnya bagi kompasianer yang berdomisili di satu daerah juga silahkan adakan Kopdar. Atau jika Anda sedang mengunjungi suatu daerah, temui rekan Kompasianer Anda, seperti kakak saya yang sedang berada di Yogyakarta.
Kompasiana ini bukan hanya kita selaku kompasianer yang bisa membacanya. Pernah saya melihat adik dan teman-teman saya lainnya (tak punya akun di sini) namun men-share artikel yang bagus di halaman facebooknya. Tak jarang juga ada yang mencari suatu berita dan mendapati berita atau info yang Anda tuliskan, sehingga membuat akun di sini demi Sharing dan Connecting dengan Anda. (pengalaman saya). Otomatis nama Anda ikut terangkat mengikuti tulisan Anda itu, bukan? Lalu, jika Anda berada di Kompasiana ini hanya beradu argumen dan menuliskan artikel yang provokatif, apakah Anda tidak malu dilihat orang di luar Kompasiana?
Benar, menulis di Kompasiana tidak dibayar kecuali Anda tembus freez di Kompas cetak. Terus, sudah tidak dibayar, masa’ mau buang-buang waktu, tenaga, dan pikiran Anda hanya untuk berdebat?
Menyinggung agama orang lain, ngapain sih? Indonesia ini negara plural yang mana dalam Undang-Undang Dasar 1945 telah dijelaskan ada 5 agama yang diakui pemerintah (menjadi 6 di zaman Gusdur). Ya kalau Anda ingin menyebarkan Agama Anda, bukan di forum Kompasiana ini. Silahkan cari forum lain. Kita ada di Kompasiana ini untuk sharing and Connecting, saling melengkapi bukan malah memperdebatkan satu agama. Mengapa? Karena agama itu adalah hak pribadi masing-masing personal yang sangat sensitif, sehingga sangat wajar jika pemeluk agama itu mudah terpancing emosinya.
Seperti fiksi yang menyinggung umat muslim kemarin, wajar pula jika mendapat kritik keras dari kami umat muslim lewat berbagai komentar maupun tulisan lain. Makanya, hati-hati kalau mau membicarakan agama di forum terbuka ini.Sharing sih OK, tak ada yang melarang. Namun, jangan mengganggu agama orang.
Perdebatan yang masih tersaji sampai hari ini, sesungguhnya hanya sia-sia dilakukan, dimana penikmat konflik (baca : orang yang suka ribut) sudah bertebar di sana malah makin senang dengan adanya masalah tersebut sehingga komentar-komentarnya malah menyinggung dan bahkan memvonis si pembuat tulisan (baca : komentar lari dari isi tulisan).
Anda yang berada dalam lingkup Kompasiana ini rata-rata sudah dewasa yang seharusnya bisa berpikir untung dan ruginya dalam menyajikan tulisan maupun berkomentar. Benar, bahwa diperlukan satu kepekaan sosial tersendiri untuk para Kompasianer yang mana dapat melatih kedewasaan Anda dalam berpikir.
Tak layak dan sungguh tidak mengenakkan jika ada orang yang memang sudah terang-terangan salah namun masih disudutkan. Silahkan kritisi jika seseorang itu menuliskan kesalahan tapi bukan berarti Anda harus bolak-balik di tulisan tersebut cuma untuk menghakimi orang itu.
Memaafkan orang itu lebih ksatria daripada menggunjing. Kita itu sama, cuma manusia biasa yang kapan saja bisa berbuat salah. Berpikirlah bahwa Anda itu bukan Tuhan yang berhak menghukum orang lain.
Jadi sepantasnya bagaimana?
1. Introspeksi diri Anda. Apakah Anda itu sudah benar sekali dalam menjalani hidup Anda? Kalau masih belok kiri juga, perbaiki dulu diri Anda sebelum Anda menempelkan cap ke orang lain.
2. Jangan cari-cari kesalahan orang yang pada akhirnya menimbulkan adu argumen yang tak ada habisnya.
3. Buka lembaran baru dan menulislah berdasarkan keihklasan hati Anda untuk berbagi.
4. Saling membina hubungan baik dengan sesama Kompasianer.
5. Jangan lupa, padukan antara Logika (pikiran) dan Etika (perasaan) Anda supaya terciptanya Estetika, baik dalam membuat suatu ARTIKEL maupun BERKOMENTAR.
6. Kompasiana ini diakses semua kalangan, jadi tolong jangan merendahkan diri Anda sendiri di hadapan orang lain. Maksudnya, kalau mau menulis artikel itu yang wajar, kalau mau berkomentar juga isinya jangan kurang ajar!
***
Mungkin tulisan saya yang sedikit ini tidak langsung dapat Anda cerna dengan baik, lagipula bukan hak saya mengatur Anda. Tetapi sebagai sesama penghuni Kompasiana, adalah kewajiban saya sebagai yang sering dianggap anak kecil untuk mengingatkan Anda para tetua yang terhormat agar lebih menjaga kredibilitas Kompasiana sebagai media jurnalis warga tempat Anda berbagi ini.
0 komentar