Mengenai Kenaikan BBM, Belajarlah dari Tukang Parkir ini
Seperti yang diketahui, demo menolak kenaikan harga BBM ini akan serentak diadakan di seluruh Indonesia, tak terkecuali di Medan. Namun, pada hari Seni n, 17 Juni 2013 kemarin, rasanya spesial sekali, selain demonstrasi terlaksana dari pagi hingga malama hari, tanggal itu merupakan tanggal penting bagi pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumutera Utara terpilih untuk dilantik dan secara resmi oleh Mentri Dalam Negeri, Bapak Gamawan Fauzi guna menjalankan tugas untuk memimpin SUMUT selama 5 tahun ke depan. Penting sekali tanggal itu ya?
Penting dong, terkhusus untuk Medan yang mana Puluhan ribu massa yang turun ke jalan pun menambah banyaknya polisi yang diturunkan, dari 1503 personil untuk pengamanan pelantikan gubernur, kemudian ditambah menjadi 2394 lagi guna mengamankan massa pendemo. Mereka disebar di Kantor Gubernur, DPRD Sumut, Kantor Pertamina, SPBU, Bandara Polonia Medan, Konjen AS, dan lainnya seperti yang dilansir www.hariansumutpos.com. Massa pendemo sendiri terdiri dari buruh dan mahasiswa yang selama ini dengan keras dan tak segan-segan melakukan tindakan anarkis dalam melakukan tuntutannya. Demo itu sendiri dilakukan hingga pukul 20.30 wib ketika saya masih berada di parkiran salah satu toko buku di kota Medan. Saya melihat, banyaknya kendaraan bermotor baik mobil/motor pribadi maupun angkutan kota yang melewati jalan di sebelah toko buku itu, padahal jalan itu bukan jalur angkutan kota (angkot).
Ketika saya membayar parkir, saya sempatkan bertanya kepada salah seorang tukang parkir di situ, sebutlah namanya Pak Amin (40tahun). “Ada apa ya pak, kok ramai angkot di sini?” tanya saya.
“Oh, biasalah itu, mahasiswa pada demo. Aku heran aja sama mereka. Mereka itu kan mahanya para siswa, berarti tingkat pendidikan mereka lebih tinggi dari pada kami yang tukang parkir, tapi kok ‘gak bisa mikir ya?” katanya.
“Maksudnya cemmana Pak?” lanjut saya.
“Iyalah, ‘gak bisa mikir mahasiswa itu kurasa. Jalan sana itu ditutup karena demo mereka. Heran aku, Suka kali ribut-ribut. Yang demolah sampe’ malam gini. Kau tengoklah jalanan ini, angkot-angkot itu pada mutar-mutar. Nanti kalau habis bensinnya, adanya mahasiswa itu keluar uang untuk ganti bensin angkot itu? ‘gak kan? Makanya, ‘gak suka kali aku sama kerjaan mereka. Belum lagi, ada yang bakar ban. Bensinnya apa ‘gak beli itu? berapa duit lagi keluar? Lanjutnya panjang lebar.
“Terus menurut bapak, baiknya cemmana?” pancing saya.
“Maunya mereka itu berdemo ya berdemo aja tapi gak usah ganggu apalagi merusak fasilitas umum. Nanti kalo’nya itu rusak, kan duit lagi dari pemerintah kota yang dipake’ buat perbaiki kerusakan itu. bukannya duit dari kantong bapak-mamaknya, kan? Cobalah kau pikir ya dek, mana ada bagusnya demo ini.” Tambahnya,
“Jadi pak, setujunya bapak sama BBM naik?” tanya saya lagi.
“Ah,,, biarlah BBM naik. Disubsidi pemerintah pun BBM itu, yang pake’ kan orang-orang kaya bermobil mewah itu. Biarlah naik BBM, biar rasa itu orang kaya yang sombong itu. gak tau diri mereka, padahal kan BBM bersubsidi itu untuk kaminya. Masa’ orang kaya nelap hak kami.” Lanjutnya. Ya sudah, pulanglah kau, nanti hati-hati kau ya, rame kurasa jalan itu. kemudian saya pulang.
Ketika saya pulang pun, saya tidak bisa melewati jalan yang biasa saya lewati. Lalu, kepada polisi yang mengatur lalu lintas saya bertanya, “Ada apa pak, kenapa macet, kok aku disuruh mutar lewat sana?”. Sang polisi pun menjawab, “ada demo, rame kali, gak tau sampe’ kapan.” Lalu dengan terpaksa saya berputar arah.
***
Saya jadi heran, kenapa harus berdemonstrasi sih Anda wahai mahasiswa? Kalau demonya positif dan tidak anarkis, saya pun mendukung kegiatan Anda. Tapi kalau demonya anarkis dan merusak fasilitas umum, bagaimana? Coba Anda pikirkan kerugian yang ditimbulkan.
Benar bahwa demo mahasiswa ini masih berlanjut hingga malam hari, seperti yang terjadi di depan kampus Universitas HKBP Nommensen. Para mahasiswa dari berbagai kampus yang tentunya berpendidikan lebih tinggi dari pada tukan parkir tadi malah memblokir jalan dan melengkapi diri dengan batu dan kayu. Apakah kegiatan demo mereka positif? Tidak !
Mereka merusak lampu pengatur lalu lintas dan tiang penunjuk arah jalan serta tak ketinggalan mereka pun menduduki pos polisi yang telah mereka rusak ketika demo beberapa bulan lalu. Keleluasaan tindakan ini pun semakin terlaksana karena tidak adanya polisi yang menjaga. Walhasil, kegiatan ini Cuma menjadi hiburan warga seperti dilansir www.detik.com.
***
Rencana penaikan harga BBM ini bukan hanya rencana, tapi memang telah diputuskan naik melalui voting para anggota fraksi di DPR. Terus, mengapa masih ribut? Kalau kita mau berpikir, apa yang dikatakan tukang parkir di atas ada benarnya juga. Selama ini, BBM bersubsidi yang seharusnya menjadi hak kaum ekonomi menengah ke bawah, telah digunakan tanpa rasa bersalah oleh mereka para orang kaya yang bermobil mewah.
Dengan kenaikan harga BBM ini, sepantasnya kita sebagai manusia bisa belajar hidup hemat dan makin sadar diri. Toh, tidak selamanya kita berada di atas, sekali-sekali kita dan terlebih orang kaya pemakai BBM bersubsidi itu bisa berada di bawah. Sadarkah kita? [Auda]
0 komentar