Pacar Mengaku Tak Perjaka. Bagaimana Reaksi Pasangan ?
Sejak di bangku Sekolah Dasar, interaksi yang dilakukan oleh masing-masing individu akan terus berkelanjutan hingga ke tingkatan sekolah yang lebih tinggi. Hubungan yang awalnya teman biasa, sewaktu-waktu dapat berubah menjadi teman spesial. Teman spesial yang selanjutnya akan menjadi pacar.
Sebelum menjalani hubungan dengan seseorang, pastinya pernah menjalani hubungan dengan yang lainnya. Ketika berhubungan itu, banyak hal yang bisa terjadi, termasuk melakukan hubungan badan yang bila tak menggunakan pengaman akan menyebabkan kehamilan. Jika pun tak sampai hamil, si perempuan akan kehilangan keperawanannya. Lalu bagaimana dengan si lelaki?
*
Beberapa waktu yang lalu, adik angkat saya mengajak saya curhat tentang permasalahan yang sedang dialami oleh teman perempuanya, sebut saja Rini. Rini memiliki seorang pacar bernama Tomi yang mengakui bahwa dirinya sudah tidak perjaka. Tidak perjaka dalam artian sudah pernah melakukan hubungan badan dengan pacarnya sebelum Rini.
Menurut pengakuan Rini, ia amat kecewa dengan pengakuan Tomi yang sudah pernah melakukan hubungan seks beberapa kali dengan mantan pacarnya sebelum Rini. Rini pun menjadi dilema, antara ingin :
1. Memutuskan
2. Melanjutkan
=> Jika Rini memutuskan Tomi, Rini pun tak bisa karena sudah terlanjur cinta (namun, mereka belum pernah melakukan hubungan yang jauh), atau
=> Jika Rini memilih untuk melanjutkan hubungan mereka, maka Rini akan terus sakit hati dan merasa kecewa.
Benar, bahwa Kedua opsi telah diketahui Rini dengan jelas dan sekarang ia masih melanjutkan hubungannya dengan Tomi dengan tetap menanggung rasa kecewa dan sakit hati. Rini sendiri jadi sering bersedih. Mau mutusin, tapi tetap gak bisa, sangking cintanya tadi.
*
Mengingat komitmen awal ketika menjalin sebuah hubungan adalah menerima apa adanya, dan saling percaya, jika si perempuan masih sanggup menjalani hubungan itu dengan alasan masih cinta, segera kesampingkan rasa kecewa tadi. Saya tahu bahwa ini adalah suatu hal sulit untuk dijalani, apalagi dengan lapang dada, tentunya akan terjadi perang batin di sana. Namun tak ada salahnya jika dicoba perlahan. Mungkin seiring berjalannya waktu, hal itu pun dapat dilupakan, dan dapat menjalani hubungan dengan santai (tanpa penetrasi).
Selanjutnya, jika memang tak mau menjalani hubungan itu lagi dengan dalih kecewa dan dari pada merasa sakit hati terus menerus, segera akhiri saja hubungan itu. Untuk selanjutnya, lebih spesifik lagi dalam memilih-milih calon pacar.
*
Memilih calon pacar/pendamping itu layaknya membeli kucing dalam karung. Kita tak dapat melihat ciri-ciri fisik dari seorang yang tidak perjaka/tidak perawan, apalagi tak mungkin langsung kita sodorkan pertanyaan, “kamu masih perjaka/perawan?” ketika pertama kali berjumpa, bukan? Nah, jika sudah kenalan dan merasa saling cocok, biasanya kan dilanjutkan dengan yang namanya proses PDKT.
Saat PDKT ini, kita bisa mancing-mancing si dia untuk saling bercerita tentang pengalamannya pacarannya terdahulu. Usahakan saling terbuka, biar selanjutnya masing-masing merasa nyaman. Jikapun nanti si calon pacar tadi mengakui dia sudah tidak perjaka/perawan (intercourse), kamu bisa menilai sendiri, mau atau tidak melanjutkan hubungan dengan dia. Toh, yang namanya mengakui diri sudah tak perjaka/perawan (Intercourse) itu adalah hal yang tabu untuk di negara timur seperti Indonesia.
Bila dia sudah mengaku, itu malah lebih bagus. Jadi kamu, tak merasa dibohongi dan sakit hati nantinya. Karena kebanyakan mitos yang beredarpun mengenai ciri-ciri fisik perempuan tak perawan, tentunya tak bisa dipercaya. Konon lagi tentang keperjakaan seorang laki-laki.
Kalau memang sudah tahu, tapi masih mau melanjutkan hubungan itu atas dasar saling mencintai,. Untuk selanjutnya tolong jangan pernah membahas lagi tentang ini, karena selain memalukan dan tak menutup kemungkinan akan menyedihkan bagi yang pernah mengaku, juga tentunya akan menyakitkan untuk yang akan mendengar, kan? [AZ]
0 komentar