Pertanyaan Kapan Kawin Ketika Kumpul Keluarga, Pantaskah?

Hampir seluruh umat muslim di seluruh dunia, secara serentak merayakan Hari Raya Idul Fitri pada hari ini (8/8), setelah sebelumnya menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang juga diikuti dengan tradisi khas di Indonesia yang lazim disebut dengan mudik ke kampung halamannya masing-masing. Biasanya, idul fitri dimulai dengan shalat Id, mendengarkan khutbah, kemudian bersalaman dengan para jemaah lainnya di Masjid.

Setelah kembali ke rumah, akan dilaksanakan acara kumpul-kumpul dengan keluarga besar, biasanya di rumah Kakek-Nanek, Ayah-Ibu atau pun kakak tertua. Dalam acara kumpul-kumpul ini, selain saling menyantap hidangan khas lebaran seperti ketupat, lontong dan teman-temannya, serta kue-kue lebaran, pasti banyak hal yang dibicarkan. Misalnya para tetua akan menanyakan seputar pekerjaan, pendidikan, bahkan percintaan.

Pertanyaan seputar  percintaan bagi yang belum menikah tapi sudah memiliki calon pendamping, saya rasa bukan masalah lagi. Atau bagi kamu yang masih sekolah/kuliah, tentunya orang tua juga tak akan menanyakan tentang cinta, paling akan ditanya, “gimana skripsi, kapan lulus,kapan tamat, bla bla..”, toh masih anak sekolah. Namun, akan menjadi masalah buat kamu yang Jomblo dan sudah cukup umur untuk menikah, juga mapan. Nah,,, biasanya orang tua akan bertanya, “mana calonmu, kapan dikenalin ke keluarga?” Atau yang paling ekstrim ”kapan kawin?” Pertanyaan ini adalah masalah bagi si Jomblo mapan, lalu berjuta alasan demi ngeles pun akan terlontar dari bibir manis si jomblo ini.

Meminjam tagline sebuah iklan deodorant yang mengatakan cool, calm, and confident, maka si jomblo pun akan menjawab dengan wajah yang dimanis-maniskan, seperti :

1. “Tak bisa sekarang, karena saya sedang tak ingin membagi waktu dengan pekerjaan saya yang sedang sibuk-sibuknya.”
–> Baiklah, ini jawaban terampuh untuk menjawab pertanyaan dari orang tua. Dan orang tua juga akan berpikir sendiri, “oh, ok… anak saya sedang berusaha mencari sesuap nasi dan segenggam berlian”. Namun bukan berarti orang tua akan berhenti menanyakan tentang ini. Yakinlah, di  kesempatan lain, pasti hal serupa akan ditanyakan.

2. “si Budi aja belum, nanti deh, saya nikahnya setelah dia”
—> Temanan, sepupuan atau bahkan saudara jauh sih memang Iya. Tapi kalau soal jodoh, masa’ main tunggu-tungguan sih? Jika jawaban ini yang akan kita pakai, Yakinlah akan diberondong pertanyaan baru.

3. Tak menjawab, beralasan mau ke Toilet atau apapun, yang jelas menjauh dari sang penanya
—> Ok, ini adalah jawaban yang juga ampuh guna menghindari pertanyaan itu sesaat di hadapan orang. Tapi, pasti lain kali akan ditanya lagi, toh belum ada jawaban jelas.

*

Kalau dipikir-pikir, sebenarnya kasihan juga mereka para jomblo mapan ditanya begitu. Walaupun mungkin Ia bisa bermanis-manis di hadapan orang lain saat pertanyaan itu diLaunching, tapi hatinya meringis juga, lho!

Malu dong ya, masa’ ditanyain kapan kawin di hadapan saudara yang lain. Dan ini akan memecah konsentrasinya. Ia akan merasa dituntut untuk melakukan sesuatu yang belum mampu ia lakukan. Jangankan untuk menikah dalam waktu dekat (ingat, dia jomblo), pekerjaan saja sudah cukup menyita waktunya.Jelas, di sini keadaan psikologisnya terganggu. Rosdiana Setyaningrum, M.Psi, MHPEd, seorang psikolog dari Rumah Sakit Pluit Jakarta, mengatakan bahwa pertanyaan semacam itu sangat stressfull.

Nah, ada satu jawaban telak dari abang angkat saya bila pertanyaan kapan kawin itu muncul. Jawaban itu adalah Tanya Tuhan saja. Heheehe.. dijamin, sang penanya akan diam seribu bahasa.

*

Sejatinya, pertanyaan demikian terlontar dari para orang tua karena mereka teramat menyayangi sang anak, si jomblo mapan tadi. Namun, alangkah baiknya… jika menanyakan hal yang sifatnya privat seperti ini, jangan pada saat kumpul keluarga juga dong. Kasihan si jomblo mapan tadi. Dia akan malu, kan? [AZ]

You Might Also Like

0 komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Just an ordinary girl who wanna be a woman someday

Translate