Self Service Berbanding Lurus dengan Phone Sex

13848194811193683336
http://liberalvaluesblog.com/2008/10/09/5060/
Dewasa ini, seks bukan lagi suatu hal yang tabu untuk dibicarakan. Walaupun sangat meresahkan, kegiatan beresiko bagi kaum muda pra nikah ini, kerap menjadi suatu hal yang membuat penasaran mereka hingga tak jarang dipraktekkan oleh para remaja sekalipun. Seperti video yang meresahkan para orangtua beberapa minggu yang lalu.

Banyak cara yang dilakukan para penikmat nafsu sesaat ini. Dari hal “ringan” seperti sex by chat yang  juga disukai bagi yang hobi memuaskan diri sendiri. Atau barangkali sex by chat ini agak kerepotan ya, karena harus berbagi “pekerjaan” tangan yang harus mengetik di PC/Ponsel.

Karena jalan ini dirasakan rumit, maka para penggila self  service ini menggunakan suara demi kelancaran aktifitas seksnya (Phone Sex)Phone sexbagi pasangan suami-istri yang tinggal berjauhan, rasanya tak masalah. Saya juga tak menyangkal, seks ini adalah kebutuhan bagi mereka. Namun yang sialnya, saya yang belum memiliki pasangan, malah jadi korban.

*

Sekitar pukul 02.00 dini hari, saya hidupkan laptop dan berniat nonton film india. Kebiasaan saya, kalau nonton film apa saja memang selalu serius dan dilengkapi headphone di telinga, makanya saya pilih tengah malam saat tak ada suara apapun. Ketika sedang menikmati alur ceritanya yang cetar membahana itu, tiba-tiba saya dikejutkan oleh panggilan yang masuk ke ponsel saya. Saya bingung, siapa yang telepon jam segini (03.00 dini hari). Soalnya waktu saya lihat, tak ada nama yang tertera, berarti ini nomor baru, kan? Saya kira teman saya yang kemarin itu menangis di telepon mau curhat lagi tentang putusnya. Biasalah teman mau curhat, tak mengenal waktu.  Tanpa pikir panjang, langsung saya jawab teleponnya.

Namun, sang penelepon tak menjawab sapaan pertama saya. Lalu saya matikan. Selang beberapa menit kemudian, dihubungi lagi. Tetap dengan tanpa suara. Apa-apaan ini pikir saya dan saya biarkan saja teleponnya hidup sendiri, lha wong penelepon gak mau ngomong, akhirnya dimatikannya. “Baguslah, kapok dia.” Pikir saya.

Tak berselang lama, telepon ketiga dari nomor yang sama masuk lagi. Saya angkat, niatnya mau marah-marah. Tapi, belum sempat saya marah-marah, terdengar suara desahan. Terkejut, pasti! Siapa ini, kok tiba-tiba menghubungi saya saat dia mendesah-desah gitu.  Sangking kagetnya, langsung saya matikan teleponnya.

Rupanya OTK ini tak puas tanpa mendengar suara saya. Baik, ketika dia menghubungi lagi dan masih dengan suara desahan yang menyebalkan itu, langsung saja saya bentak. “Kau gila ya? Kalau kau mau “bekerja”, kerja aja sendiri. Ngapain juga telepon aku? Namun, tetap tanpa jawaban yang benar. Dia cuma berkata, “Aku udah buka c***** ini, kamu juga dong, dan dilanjutkan dengan desahan. Sontoloyo!

Ya sudah, karena orang gila ini tak mau berbicara, tiap dia telepon, saya angkat saja tapi saya tak berbicara. Pikir saya, “biar saja, toh pulsa dia yang habis. Kalaupun dia masih “bekerja”, silahkan. toh bukan urusan saya.” Sampai saat saya tuliskan ini, nomor tersebut masih menghubungi saya. Duh… Masa’ saya harus menggganti nomor hanya karena telepon gila ini?

*

Menurut pembicaraan saya dengan bebeapa teman beberapa waktu lalu, metode ini dipercaya dapat “melancarkan” kerja si Self Service itu tadi.

Kok bisa? Katanya sih bisa, dengan hanya mengandalkan suara yang berbalas desahan juga, walaupun tanpa kontak fisik.

Kejadian semacam (baca: Sex by phone) ini memang kerap terjadi dikalangan remaja atau bahkan orang dewasa. Apalagi, yang (entah) dengan lugunya mencantumkan nomor ponsel di akun media sosialnya.

Seperti yang sudah saya katakan di awal, ini wajar dilakukan oleh pasangan suami-istri. Terus buat kita yang belum sah ini juga ada kok yang melakukannya, bagi yang mau tentunya. Tapi kalau yang tak mau, apa gak marah-marah seperti saya tadi kejadiannya? Serem dong kalau tengah malam dapat telepon yang beginian?  []

You Might Also Like

0 komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Just an ordinary girl who wanna be a woman someday

Translate