Pro - Kontra Tentang Sang “Mother Monster”


Siapa yang tak kenal Stefani Joanne Angelina Germanotta a.k.a Lady Gaga sang kontroversial? Aksi-aksinya yang kata orang “nyeleneh” bisa pembaca lihat di berbagai situs di internet.
1337359869880919365
image from memobee.com
Semua pasti mengetahui Adanya wacana awal yang mengatakan bahwa Sang Mother Monster rencananya bakal pentas di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta tanggal 3 Juni 2012 nanti dalam rangka acara tur dunia yang telah dimulai sejak tanggal 27 April lalu. Para little monsterpun sudah membeli tiket. Tiket yang terjual sudah banyak yaitu sekitar 55 ribu. Harga tiketnya pun cukup mahal, berkisar antara Rp 400.000 – Rp 2.200.000,-
Memang benar, sepertinya yang dilansir www.tempo.co , konsernya yang akan dilaksanakan di Jakartamendapat penolakan dari berbagai pihak, misalnya dari organisasi massa seperti Forum Umat Islam, dan Front Pembela Islam . Bahkan FPI mengancam akan tetap menggeruduk Lady Gaga di Bandara Soekarno-Hatta jika tetap nekat menggelar konser, dengan dalih membela kepentingan umat Islam di mana pun. Markas Besar Kepolisian RI pun tidak memberikan izin acara ini dengan alasan preventif. Namun kepastian jadi atau tidaknya konser Gaga masih simpang siur.
Tapi yang penulis herankan adalah kok Lady Gaga yang mau konser, semuanya pada heboh? Kontroversinya itu dimulai dari kontroversi tentang pakaiannya dan kelakuannya dalam video klip maupun kehidupan pribadinya, tentang pandangannya terhadap kasus gay dan lesbian, bahkan sampai ke ranah agama.
Seperti yang juga dilansir oleh www.tempo.co , ketua Pengurus Pusat Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia NU, beliau mengatakan pelarangan tersebut sebagai sesuatu yang berlebihan. Pelarangan konser Lady Gaga ini adalah sebagai bentuk kekhawatiran dan ketidak mampuan dalam mendidik anak dan generasi mendatang. Karena ketidakmampuan itu akhirnya mereka menggunakan alat negara.
Bukan Cuma umat Islam di Indonesia saja yang menolak kedatangan Lady Gaga, Korea Selatan yang notabene nya adalah negara kristen terkuat kedua di Asia setelah Filipina juga menolak Gaga. Tapi pemerintahnya itu lebih bijak dengan tak lantas mengamini penolakan itu. Pemerintah memberi syarat bahwa yang boleh menontonnya adalah remaja diatas usia 18 tahun.
***
Dari semalam, penulis juga menyaksikan acara di salah satu Televisi swasta yang menghadirkan Little Monster (fans Gaga). Dalam acara itu juga terlihat bagaimana fans Gaga di Taiwan yang menyambut kedatangannya dengan sambutan hangat. Ada wartawan juga yang menanyakan, bagaimana komentar Gaga tentang pembatalan konsernya di Indonesia. Gaga tidak menjawab hal tersebut. Setelah searching di internet, penulis mendapati bahwa penolakan konser Gaga di Indonesia telah banyak disorot oleh media asing seperti yang terdapat pada www.musik.kapanlagi.com .
Mambaca sejumlah postingan di kompasiana dan berbagai media online lainnya tentang nona ini, Penulis jadi tergelitik untuk menyampaikan sedikit opini dari hasil penjaringan pendapat lewat status facebook pribadi saya semalam. Penulis menuliskan, kenapa harus mengapresiasikan diri dalam menolak Gaga? Kenapa tidak lebih berkonsentrasi dalam usaha pemberantasan korupsi yang memang sudah membudaya di negari tercinta ini? Menurut hemat penulis, yang dilakukan tersebut adalah suatu yang berlebihan. Tanggapan yang penulis dapatkan sangatlah bermacam-macam. Korupsi itu yang sepatutnya diusut secara tuntas oleh pihak berwenang walaupun Gaga tidak ada.
Penulis tidak ingin membawa-bawa tentang agama yang penulis anut dalam tulisan ini. Yang pasti, Indonesia bukan negara islam, maupun mayoritas penduduknya adalah Muslim. Yang Penulis ingin sampaikan adalah tentang Moral bangsa yang katanya akan rusak jika Gaga jadi konser disini.
Mari berbicara moral anak bangsa. Sebelum ada dan terkenalnya Gaga, moral individu di indonesia juga sudah mengalami kemunduran, bukan? Ini terbukti dari banyaknya VCD porno yang sudah lazim jadi konsumsi publik. Bahkan anggota DPR pun menjadi pelakunya. Beberapa hari yang lalu, penulis sempat menyaksikan program berita di televisi dimana terjadinya perlakuan mesum dipinggir sungai. Ada lagi, anak kelas 6 SD yang telah melahirkan akibat diperkosa pamannya sendiri. Apakah karena melihat sang mother monster?? Jelas tidak.
Jika melihat pakaian dan aksi panggung yang seronok (vulgar)  dan mengumbar auratnya, tak ada bedanya kostum Gaga dengan kostum penyanyi dangdut koplo kebanyakan, bukan? Di televisi, pemirsa indonesia pun sudah “kenyang” akan suguhan yang seperti itu. Jadi ya sama saja. Bagaimana lagi tentang adanya striptise a.k.a penari telanjang di dalam klub-klub malam? PSK-PSK yang sering penulis temui di pinggir jalan, bagaimana? Bukankah hal tersebut juga tidak mencerminkan moral yang baik?
Jikalau pun nantinya konser tersebut akan terlaksana, Sang promotor pastinya memiliki perhitungan dan beliau pun sangat menyadari akan situasi di Indonesia yang menjunjung tinggi adat ketimuran, pastinya akan ada permintaan dari promotor agar Gaga berpenampilan layaknya adat timur.
Segala permasalahan dapat diselesaikan dengan adanya musyawarah. Bukankah itu telah jelas adanya pada sila ke-empat Pancasila yang berbunyi “ KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN “. Jadi, kenapa harus rela sikut-sikutan demi seorang Lady Gaga?  Konser atau tidaknya dia, tentu tidak ada ruginya bagi dia pribadi.
***
Akhir kata, lewat tulisan ini penulis hanya mengajak pembaca sekalian untuk berfikir serta mencari solusi atas kontroversi yang telah terjadi, bukan malah menambah deretan kekisruhan yang ada. Pilihan terakhir tentunya terletak pada masing-masing individu.

You Might Also Like

0 komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Just an ordinary girl who wanna be a woman someday

Translate