Kampanye Kondom Untuk Halalkan Zina?
Kondom
lagi kondom lagi. Sepertinya sejak adanya gagasan kampanye kondom dari
Menteri Kesehatan RI ibu Nafsiah Mboi, semua media mengangkat beritanya.
Belum lagi saya sempat membaca di website milik FPI www.fpi.or.id, yang menuliskan bahwa Tentu saja kampanye Menkes
tersebut mendapat reaksi keras dari berbagai kalangan umat Islam, tak
terkecuali Ketua Umum Front Pembela Islam, Habib Rizieq Syihab.
Bahkan
menurut beliau, pola pikiran Ibu Menkes itu cabul liberal yang Cuma
melihat statistik dari pelaku seks beresiko namun tidak melihat moral
yang selayaknya patut dijaga. Maksud dari kampanye ini sama saja
membebaskan hubungan seks dikarenakan kemudahan mendapatkan kondom.
***
Saya
sendiri pernah membeli kondom. Eitss.. tunggu dulu. Kondom itu adalah
titipan dari tantenya teman saya. Menurut teman saya, Tantenya ini telah
bersuami.
Kejadian
itu terjadi pada hari sabtu siang sekitar tahun 2008. Sewaktu kami
sedang makan siang di sebuah mall, tiba-tiba ponsel teman saya berbunyi
dan itu telepon dari tantenya. Tantenya menitipkan untuk membeli sebuah
kondom. Kontan saja teman saya ini malu, dan berkata pada saya “da, kita masuk ke dalam supermarketnya ya beli kondom untuk tanteku”. Awalnya saya agak malu, namun ia pun berkata, “aku malu da”. Saya berkata, “kenapa
‘gak tantemu aja yang beli sendiri?”. “dia tau kalau aku lagi di luar
rumah, jadi dia suruh beli sama aku, tapi tolong kau yang ambilkan ya
da”, pintanya.
Tak
lama kami pun masuk ke dalam supermarketnya dan langsung ke tempat yang
menjual kondom yang ditempatkan didekat obat-obatan. Saya langsung
mengambil kondom yang dimaksud dan segera ke kasir. Sang kasir yang
kebetulan seorang pria tiba-tiba usil menanyakan, “ untuk apa kondom ini, mbak?”. Dengan malu namun tak kalah usil saya pun menjawab, “abang tau kan ini bakal malam minggu? Kalau tau, kenapa mesti nanya lagi? Cepat deh di bungkus tuh kondomnya”.
Ia Cuma senyum dan menyerahkan kondom itu kepada saya setelah saya
membayarnya. Dengan cepat sang teman yang malu-malu tadi, langsung
memasukkan kondom itu ke dalam tasnya.
***
Sekarang
pertanyaannya, ada dimana FPI terkait kondom Sebelum adanya kampanye
kontroversial ibu Menkes tersebut? Kenapa baru bereaksi sekarang?
Bukankah dari dulu kondom itu dijual bebas dari yang harganya murah
sampai yang mahal? Dijualnya itu bukan hanya di apotik yang notabenenya
hanya di kunjungi pasien yang membutuhkan obat atau bisa dikatakan
remaja jarang masuk apotik Cuma hanya untuk membeli kondom. Tapi kondom
dijual secara bebas di supermarket yang bisa dengan mudah dimasuki oleh
semua umur. Sampai sekarang masih seering saya melihat di supermarket
terdapat kondom yang diletakkan bebas (bukan di belakang kasir).
Seperti yang dikatakan oleh drg. Murti Utami, MPH pada www.detik.com bahwa kampanye ini bertujuan untuk mengintensifkan
penggunaan kondom antara lain untuk menghindari penularan penyakit
seperti gonorrhea atau kencing nanah, sifilis atau raja singa maupun
infeksi HIV (Human Imunnodeficiency Virus). Selain itu, kondom juga diharapkan bisa mencegah kehamilan tidak diinginkan.
Jangan menutup mata akan realita sosial yang kerap terjadi. Pekerja Seks Komersial (PSK) ada
dimana2. Yang namanya zina sudah ada sejak dulu baik di kalangan remaja
atau pun orang dewasa, jauh sebelum Nafsiah Mboi diangkat menjadi
menteri Kesehatan RI. Jelas saja, mereka semua pelaku seks beresiko.
Sejatinya
Kampanye kondom ini bukanlah kampanye yang semata-mata menghalalkan
zina, tetap lebih baik menikah, tapi kampanye ini lebih kepada
pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS dan penyakit menular seksual
lainnya bagi pelaku seks beresiko yang mana penyakit tersebut merupakan
momok terbesar bagi para pelaku tersebut, belum lagi kehamilan yang
tidak direncanakan yang ujung-ujungnya bakal dilakukannya aborsi. Coba
mari kita pertimbangkan memakai kepala dingin, mau pilih yang mana,
aborsi yang membunuh calon bayi yang berhak atas hidupnya atau mencegah
kehamilan tak terencana tersebut?
2 komentar
Hadir dulu aja deh,
BalasHapusMbak Auda,salam hangat
makasii kehadirannya kang aang
BalasHapussalam hangat kembali