Kekasihku Kembali Ke Pelukan Kekasihnya
oleh : Lilih Wilda & Auda Zaschkya
Senja ini aku masih termangu di depan meja rias sambil menatap wajahku di cermin. “Ah,, aku terlihat cukup cantik”, kagumku. Kekagumanku bertambah ketika menyaksikan polosnya wajahku tanpa riasan. Tampak bersih, hingga Rani sahabat setiaku menyayangkan bila tekstur kulit wajahku harus tercemar oleh riasan. Akan tetapi demi pekerjaanku, aku harus merelakan pipi merona dan seluruh wajahku dibubuhi bermacam riasan. Tak lama, malam pun datang. Rabaannya kurasakan ketika hawa sejuk itu mulai menerpa wajahku yang telah dipenuhi oleh berbagai warna pemoles wajah ini. Sejuknya hawa ini makin membuai tubuh mungiku hingga aku merebahkan diri pada ranjang sembari menikmati hawanya yang berhembus melalui celah jendela kamar berwarna merah jambu ini.
***
Namaku Dinda. Aku adalah seorang penari latar bagi setiap artis yang ingin memakai jasaku. Salah seorang dari menejer artis itu rupanya sangat menyukaiku sebab sebagai anak baru, aku adalah penari yang disiplin dan tak pernah membuat ulah. Aku sadar, hanya itulah kelebihanku yang bisa kuandalkan dalam persaingan penari latar ini, hingga suatu hari Firman sang menejer berkata, “Dinda, saya sangat menyukai loyallitasmu dalam pekerjaan ini, oleh karena itu saya ingin sedikit mengapresiasikan loyalitasmu itu lewat dinner. Saya harap kamu tak menolak”.
Aku tersenyum mendengar ajakannya yang cukup sopan, namun dengan jawaban yang sopan pula aku menolak permintaanya, “maaf mas Firman, saya tidak bisa. Setelah ini saya harus pulang sebab ibu saya berpesan untuk langsung pulang bila jam kerja telah usai. Beliau berkata, tak baik anak gadis pergi di malam hari bila tak karena bekerja”. Mas Firman pun dapat memaklumi alasanku dan ia pun kembali menghampiri kekasihnya, sang artis terkenal bernama Lisa. Hari demi hari, pertemuanku dengan mas Firman cukup sering sebab ia selalu hadir untuk menemani kekasihnya Lisa. Apalagi karier Lisa sebagai artis yang sedang naik daun mulai diperhitungkan, hingga sebagai menejer mas Firman selalu berada disampingnya.
Ketika sedang membersihkan riasan pada wajahku, ternyata Firman mencuri pandang. Tak disangka dia mendekati tempat dudukku dan mulai merayu. “Kamu cantik Dinda”, ujarnya. Sebagai seorang perempuan pemalu, aku Cuma mengucapkan terima kasih. Kemudian ia melanjutkan, “Sungguh kamu ini cantik bila tanpa riasan, sepertinya aku jatuh cinta sama kamu”. Wah,, mas Firman bisa aja nih, mbak Lisa pacar mas yang cantik itu mau dikemanakan mas?”, tanyaku pada Firman sambil tersenyum menyembunyikan perasaanku yang sesungguhnya.
Lisa adalah artis baru yang gampang melejit sebab didukung oleh vokalnya yang mumpuni juga parasnya yang cantik dan aksinya yang enerjik diatas panggung. Siapa yang tidak bangga mempunyai pacar seperti dia. Mana mungkin Firman suka padaku, aku hanya seorang penari latar dan tidak ada yang mengenalku di luar sana. Jadi tak mungkin Firman benar-benar suka padaku. Ah,, dasar laki-laki perayu, pikirku saat itu.
Namun Firman masih sering menghubungiku, entah itu lewat SMS ataupun telepon. Ia sering mencurahkan isi hatinya padaku, bahkan darinya aku tahu bahwa Lisa adalah seorang yang keras kepala, suka marah dan gampang merajuk bila keinginannya tak segera atau bahka tak dituruti. Sebagai kekasih, Lisa juga jarang memberikan perhatian kepada Firman. Lisa begitu berbeda dengan aku yang lembut dan tak berhenti memberikan perhatian pada Firman. Komunikasi yang kami lakukan memang teramat sering. Aku menikmati kelembutannya. Saat itu, aku melupakan status in relationship yang sedang ia sandang hingga aku menerimanya menjadi kekasihku, dengan status sebagai pacar keduanya.
Berbulan-bulan kami menjalani hubungan ini tanpa sepengetahuan Lisa. Sebagai selingkuhan, aku cukup pintar menyembunyikan hubungan ini. Kami tak perduli akan yang lain, yang penting kami menikmati perselingkuhan ini, dan Firman mempunyai ponsel khusus untuk bercinta denganku. Bila dia sedang berdekatan dengan Lisa, dia akan mematikan ponsel tersebut. Begitu juga dengan pertemuan kami yang masih berlanjut tanpa sepengetahuan Lisa.
***
Entah apa yang terjadi sebelumnya, hingga suatu pagi ketika aku bangun dari tidur, aku mendapati sebuah SMS dari nomor khusus Firman. Sebuah SMS berbunyi, “hey perempuan jalang, cari lelaki lain diluar sana, jangan memacari kekasih orang. Dasar perempuan kampung, seenaknya aja mau mengambil pacarku. Apa kamu gak laku ya sampai berani2nya merebut pacarku?”
Aku tercekat mendapati SMS yang aku yakin itu dari Lisa. Ternyata Lisa sang artis terkenal mengetahui tentang hubungan kami. SMS itu tak kubalas namun semakin aku biarkan Lisa bukannya berhenti. SMS-SMS kasarnya masih terus menghujani ponselku. Sementara Firman tak pernah sekalipun menghubungiku untuk menjelaskan semua ini. Dari sahabatku Rani, aku mengetahui bahwa semua ponsel Firman dipegang oleh Lisa sang artis. Aku tak kuasa melawan pamornya di dunia hiburan tanah air. Aku hanya bisa menangis, meratapi nasib buruk yang baru saja menimpaku.
Aku tahu, hubungan ini adalah hubungan penuh resiko. Penghinaan dari Lisa harus kutelan sendiri, sakit sekali rasanya ketika aku menyadari bahwa Firman sendiri tak pernah membelaku. Padahal ingin sekali kukatakan kepada Lisa semua perkataan buruk Firman tentangnya. Namun, apa kuasaku? Aku hanya gadis penari latar yang menjadi selingkuhan sang menejer yang kesepian. Firman memilih Lisa yang memiliki kemampuan finansial berlebih serta berkarier cemerlang.
Kini, aku hanyalah penari cafe biasa. Berangkat malam dan pulang pagi hari. Kadang di cafe itu banyak lelaki yang menggodaku, namun bagiku mereka adalah lelaki pengecut yang bersiap akan rayuannya kepadaku. Aku tak mau mengulang kesalahan yang sama seperti pengalamanku dengan Firman dulu.
***
Aku tak percaya lagi akan manisnya mulut lelaki. Sebelum mendapatkan keinginannya, mereka menyanjung kaumku dengan rayuan mautnya hingga meninggikan perempuan setara dengan tingginya bulan. Namun setelah ia mendapatkan inginnya, dia akan mencampakkan perempuan yang telah ia dapati seenaknya. Bila terjadi sesuatu, mereka tak mau mengambil resiko untuk memperdulikannya.
Mungkin orang akan mengatakan aku egois, namun begitulah yang kuhadapi. Aku pernah kehilangan Doni dulu, dan sekarang aku harus tersakiti lagi oleh Firman.
***
Semua telah berlalu. Biarlah sementara ini aku tetap hidup diatas kakiku sendiri walau hanya sepi yang menemani. Sebab bagiku lembayung dan tipuan semilir angin di senja sudah cukup menemani kehidupanku.
0 komentar