Para Lelakiku
Memasuki
hidupku adalah suatu kemudahan bila kau mau mengerti akan duniaku.
Namun, ini akan menjadi sebaliknya. Sebaliknya dimana akan mudah pula
menjadi sulit bila kau tak menyukai dan menghargai seorang aku. mungkin
kau melupakan bahwa aku perempuan biasa yang memiliki andil untuk
hidupku.
Katakanlah
aku liar. Hm.. atau jika kau mau lebih lembut maka cukup kau katakan
bahwa seorang aku sangat keras kepala. Ah,, kurasa di situ pun kau
keliru.
Aku
memang keras kepala, namun bagaimana dengan hatiku. Kau tak tahu,
bukan? Kau hanya melihat penampilan luarku. Kau hanya mengetahui
kecintaanku dengan si hitam pekat bernama kopi. Dan kau pun sempat
menyangka bahwa pasangan kopiku adalah rokok.
Tidak
!!! Aku tak mau membuang uang ibuku dengan melakukan kebodohan yang
dapat mengganggu kandunganku nanti. Bibir merahku tak pernah ingin
bersentuhan dengan rokok dan hidung bangirku tak mau menghirup kepulan
asapnya.
Terserah
apa katamu. Namun, jangan pernah berharap jabatanmu di hatiku akan naik
lebih dari seorang teman jika kau hanya bisa melarang-larang aku dan
inginku. Dan jika kau sanggup berkata aku egois, maka perkataanmu
kucampakkan lagi ke mukamu. Kau tahu, betapa egoisnya kau. Kau egois!!!
Kau
hanya menginginkan aku sebagai budak yang menggarap lahanmu. Kau
beralasan agar aku tak lelah jika harus memandang dunia luar. Ah,
alasanmu sudah basi. Cukup memuakkan.
Kau tahu, aku bukan anak kecil yang harus mencium aroma ketiakmu. Aku
adalah wanita dewasa yang telah mampu berpikir akan kebaikan, setidaknya
untuk diriku sendiri. Aku tak sanggup menurutimu sebab kau tak hargai
arti hadirku di dunia ini.
Jika kau menginginkanku, maka terimalah aku sepaket dengan duniaku.
Jika tidak, silahkan pergi. Temukanlah bunga baru yang bisa kau hisap
madunya sepuasmu siang dan malam.
Memang
benar, aku membutuhkanmu. Bahkan aku ingin mengecap lagi manisnya madu
cinta bersamamu. Namun aku lebih merelakan kepergianmu daripada adamu
hanya mampu melemahkan akal dan pikirku.
Menyesalkah
aku? Ya.. mungkin dapat dikatakan begitu. Mencintaimu adalah hal
terberat yang pernah kulalui di hidupku. Literan air mataku pun tak
sanggup ubah keputusanmu agar kau tak mengekangku. Dan ini sudah
klimaks, sebaiknya aku pergi darimu.
***
Di
saat seperti ini, aku merindukan sosok dia. Dia yang pernah ada di
hidupku. Dia yang tak pernah mengekangku. Dia yang tak pernah
mengguruiku. Dia yang selalu mendukung lakuku. Dia tak mengkhawatirkanku
secara berlebihan sepertimu, karena ia tahu, karena ia percaya bahwa
aku tahu mana yang terbaik untuk kulakukan.
Mengapa
aku begitu menghargainya bahkan cenderung menghormatinya? kau tahu, aku
belajar darinya. Karena dia yang memberikan kebebasan mutlak atas aku
dan duniaku. Ya.. namun ia telah pergi dariku. Kau memang benar. Jauh
sebelum aku mengenalmu memang aku telah berpisah dengannya.
Saat
itu, aku benar-benar hancur. Bagai dilanda tsunami, hatiku porak
poranda. Bahkan tangisanku pun tak pernah digubris olehnya. Aku marah.
Sangat marah !!! dan dalam hatiku tertanam kata JAHAT. Ya,, aku
menganggapnya penjahat. Pencuri yang telah merampok separuh hatiku.
Dia
tak sepertimu, ia menyukaiku dan duniaku. Dia benar-benar memberiku
kenyamanan hingga aku lupa ia pun punya hati dan pikiran yang mampu
berseteru karena tingkah kekanak-kanakanku.
Di
saat itu pula, aku yang mutlak mengagungkan logika seketika menjadi
perempuan bodoh yang tak dapat berpikir akan suatu kenyataan. Logika
kebanggaanku runtuh dihantam kesedihan sebab perihnya batinku sebab
ulahnya. Dia telah menghancurkan hatiku. Namun di hatiku masih tersimpan
semua kenangan tentangnya.
Namun
lama-kelamaan, aku pun menyadari. Dan kini aku mengerti alasannya
meninggalkanku. Dia pergi demi kebaikanku, demi terciptanya seorang
wanita tegar yang mandiri dan dewasa yang selalu ia dambakan.
Dan
yang kau kenal ini adalah aku, aku yang mampu melakukan apapun semampu
dan sewajarnya menurut norma agama, kesusilaan, dan kodratku sebagai
perempuan serta keinginanku, ya wajar saja menurutku.
Padanya
ingin kuucapkan jutaan terima kasih sebab perlakuannya yang hampir
membunuhku telah mampu mendewasakan akal dan pikirku. Terima kasih telah
menempaku menjadi perempuan dewasa yang tidak selalu melegalkan air
mata untuk urusan hati.
Darinya
aku belajar bersabar, tak terburu-buru dan lebih santai dalam menyikapi
hidup serta berjalan pada porosku sendiri tanpa membebani siapapun di
sekelilingku. Terima kasih untukmu karena telah ajarkanku menjadi wanita
dewasa yang tak hanya mengandalkan air mata untuk menyelesaikan masalah
yang tengah kuhadapi. Kini, Ingin ku katakan padanya, “Kau tahu,
walaupun aku telah mampu lepaskanmu namun hati kecilku masih
merinduimu.”
Cintanya
padaku memang masih ada, masih sebesar dahulu. Semakin menyadarkanku
ketika beberapa malam ini aku dihantui olehnya. Namun di mimpi itu,
setelah ia berjalan mendekatiku, seketika ia pergi. Pergi entah kemana
dan aku pun menangis.
Hey… itu hanya mimpi !!! Mimpi itu bunga tidur, bukan?
Baiklah, sebaiknya aku tak usah berharap padamu atau pun padanya lagi, sebab mengharapkan kalian hanya menyakitiku.
Ah, sudahlah.. mungkin ia pun telah melupakanku namun ketulusannya tak
dapat kulupakan begitu saja. Karenanya, aku masih bertahan hingga hari
ini.
0 komentar