Sedikit Permohona di Pemilukado Sumatera Utara
Pesta demokrasi untuk seluruh Provinsi Sumatera Utara akan digelar beberapa jam lagi, tepat di tanggal 7 Maret 2013. Pemilukada ini diikuti oleh 5 pasang calon yang sudah pasti memiliki visi dan misi tertentu yang bermanfaat untuk kemajuan Sumatera Utara dalam segala bidang yang mana janji-janji tersebut telah tersampaikan melalui kampenye maupun spanduk yang tersebar di seluruh provinsi Sumatera Utara, sehingga sedikit banyak mampu mengajak masyarakat untuk memilih salah satu dari mereka, tak terkecuali saya.
Pemilukada yang akan saya ikuti adalah pemilu pertama yang saya ikuti selama berusia hampir seperempat abad ini, padahal pada pemilihan presiden tahun 2009 lalu, saya sudah dapat memberikan hak suara saya. Mengapa saya tak memilih saat itu? Dikarenakan KTP (Kartu Tanda Penduduk) yang saya miliki adalah KTP tempat domisili awal saya sebelum pindah ke Kota ini. Lalu, kenapa saya tak memilih di Kota asal saya? karena faktor tak bisa meninggalkan pendidikan, maka saya tak bisa memilih saat itu.
Golput Atau Tidak?
Suatu hari dosen saya pernah bercerita bahwa ada beberapa tukang becak yang terlibat obrolan dengannya yang mengatakan akan golput di Pemilukada. Alasannya sederhana, Apakah setelah dipilih nanti, mereka mau memperhatikan kami para tukang becak? Selanjutnya, melihat banyaknya kasus korupsi yang berlarut – larut yang menyeret beberapa nama elite politik ke kursi pesakitan hingga hotel prodeo, juga merupakan alasan tersendiri bagi beberapa orang memilih untuk tak memakai haknya (Golput). Sesungguhnya ini sangat disayangkan, namun atas nama kekecewaan mereka kepada pemerintah pusat dan daerah, saya pun tak berhak menghakimi mereka, jelas adalah hak mereka mau golput atau tidak.
***
Seperti yang telah kita ketahui bersama, sejak Sepetember 2012 hingga saat ini adalah musim penghujan dengan intensitas ringan hingga berat yang mengakibatkan peristiwa banjir di beberapa daerah di seluruh Indonesia, tak terkecuali Jakarta dan beberapa daerah di Pulau Jawa. Banjir juga melanda Manado di Pulau Sulawesi hingga ke Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Lalu provinsi Sumatera Utara sendiri bagaimana? Banjir juga melanda Provinsi Sumatera Utara.
Yang telah saya sebutkan, memang jauh dari jangkauan saya. Namun silahkan diperhatikan gambar-gambar berikut:
Pada gambar jelas telihat banjir yang menggenangi jalan di luar komplek perumahan saya. Gambar itu saya ambil ketika saya ingin pergi ke suatu tempat pada Februari lalu. Pertanyaannya, mengapa gambar tersebut saya unggah padahal itu telah lewat hampir sebulan?
Gambar tersebut saya tampilkan disini karena terus terang saya jengah pada kondisi jalan yang keseringan kebanjiran. Kejadian itu terus berulang saat hujan dengan intensitas lumayan tinggi mengguyur Medan. Lalu masalahnya apa?
Masalahnya adalah dimana ada PUSKESMAS di lokasi itu. Banjir itu menutup akses jalan menuju PUSKESMAS sehingga jika jalanan banjir, PUSKESMAS pun tutup. Sangat disayangkan jika warga sekitar yang mau berobat harus mengurungkan niatnya ke PUSKESMAS.
Kenapa saya tuliskan ini? Ini adalah sedikit bentuk keprihatinan saya sebagai warga kota Medan. Lalu yang bisa menghilangkan keresehan saya ini siapa? Tentunya Dinas Pekerjaan Umum yang diharapkan dapat bekerja maksimal setelah mendapatkan instruksi dari Walikota Medan, hingga Gubernur terpilih nantinya.
Ini hanya sebagian kecil dari permasalahan Sumatera Utara lainnya. Namun, kembali lagi ke para pejabat, bukankah mereka dipilih untuk melayani masyarakat? Tolong jangan lupakan janji-janji ini kalau sudah tepilih nanti.
***
Selanjutnya, para pegawai di kantor lurah yang kerap saya datangi. Mereka baru hadir di kantor itu pukul 10.00 pagi padahal kita sudah datang dari pukul 08.00 dengan harapan cepat selesai. Terkadang kalau mengurus surat-surat, mereka tak segan meminta uang untuk hasil pekerjaan mereka.
Saya pernah mengurus surat untuk keperluan kampus di kantor lurah, setelah surat selesai, saya mengucapkan terima kasih, lalu sang pegawai berkata “uang biaya ngetik, kertas, dan ngeprintnya mana?”. Saya cukup terkejut mendengarnya. Lalu saya memberikan uang Rp 5000,00 tampak air mukanya berubah 180 derajat dari yang tadinya manis. Untuk selanjutnya sebelum diminta, saya langsung menyerahkan uang Rp 10.000,00 namun belakangan ini saya pura-pura bodoh saja. Maksudnya setelah mengucapakan terima kasih dan sebelum diminta uang, sayanya langsung pergi.
Saya jadi bertanya-tanya sendiri, mengapa hal itu bisa terjadi, apa kurang gaji bulanan mereka dari pemerintah daerah/pusat sehingga masih membebani masyarakat? Untuk walikota Medan maupun Gubernur terpilih nantinya, tolong para oknum nakal tadi dinasehati agar tak lalai dalam melayani masyarakat.
***
Mungkin ada yang berkata, bahwa kehilangan satu suara saja tak ada pengaruhnya bagi mereka yang sedang bertarung, namun sejujurnya tak memilih siapapun adalah suatu kerugian tersendiri bagi Anda maupun saya pribadi dimana pemilu ini adalah satu-satunya jalan dimana kita bisa menggunakan hak kita sebagai warga negara.
Bagi para pasangan terpilih yang nantinya akan memimpin Sumatera Utara, diharapakan cukup mampu mengemban tugasnya dengan sebaik-baiknya dimana dalam usaha membangun sarana dan prasarana, memperbaiki fasilitas umum, dan mensejahterakan rakyat. Lakukan, kemudian berikanlah yang terbaik bagi Sumatera Utara.
Akhir kata, selamat berpesta warga Sumatera Utara sekalian. Salam damai dari saya.
0 komentar