Penunjuk jalan:
di saat Samudera bergolak,
di malam yang terlampau pekat,
kelamnya yang padat
membuatku hampir tersesat.
"Cobalah jadi perasa, Bang.."
gemilang bintang hati perempuanku menyuluh.
Seketika segalanya jelas terang,
jalan benar telah terbentang,
mengubur gusarku, tenang ku berlayar pulang,
lurus, lancar menuju ke labuhan nurani,
kembali pada mengenal diri.
Perempuan itu mataku dengan kejernihan,
lembut menuntun pada kebenaran,
melampaui kepalaku beku membatu.
"Tuan abang, Da sayang kali pun sama dirimu.
Makanya senang abang pulang,
jadi diri yang penyayang."
Aku kelu.
Malu bergema bertalu-talu!
Teringat dulu ─
betapa dingin pengabaian
terasa getir pahit ia paksa telan
sekali, dua, tiga, empat kali waktu.
Perempuan Bintang Timurku,
dengan apa agar terbalas budi baikmu?
"Sayang, aku beruntung bisa mencintaimu."
Abang semakin sayang juga denganmu, Auda cintaku. Ini puisi pengakuan abang.
2 Komentar
Sweet....duhh yang penuh cinta...:)
BalasHapushihhihii,,, do'ain yh kk cantik :)
BalasHapus