Semoga Kau adalah Surgaku
***
Sejak perpisahanku dengan kekasihku sebelum bayangmu hampiriku, aku berusaha untuk tegar bahkan aku termotivasi untuk angkuh menghadapi perkara hati yang aku tahu begitu menyakitkan. Sempat terpikirku untuk membenci kaummu sebab perihku terlalu lelah untuk kutangisi hingga aku tak ingin mengenal sosok adam lagi.
Bertemu denganmu adalah suatu ketidaksengajaan yang tanpa kita tahu untungnya. Banyak waktu yang telah kita habiskan berdua dan ternyata setelah mengenalmu, banyak pertanyaan akan sosokmu yang ingin kukupas lebih dalam. Saat itu, posisiku adalah sebagai pendengar yang selalu memiliki waktu berlebih hanya untuk mendengar kisahmu.
Bagaikan pasar malam, kita saling bermarketing tentang hati di malam hari. Berbicara tanpa jeda, kata cinta pun teramat sering kau dendangkan dengan indahnya di telingaku yang awalnya benci kata itu sebab kaummu, dulu. Ya, itu dulu.
Seiring waktu berjalan, kita saling bercerita tentang situasi dan kondisi yang telah kita lewati. Sejujurnya, ada rasa iba dihatiku mendengar rumitnya hidupmu. Seketika timbullah rasa dihatiku bahwa aku ingin menyayangimu layaknya kata sayang yang sering kau ucapkan padaku.
Betapa berat hidup yang telah kau lewati, juga masih banyak realita hidup yang harus kau jalani, mungkin lebih berat daripada beban yang telah kulalui.
Di saat terberat di hidupmu, kini Tuhan mempertemukan kita. Dia menganugerahkan aku untuk menjadi hawamu. Aku percaya itu sebab kau ada di dunia ini, kau tercipta untukku. Kau sebagai adamku juga sebab-Nya. Kau adalah anugerah tuhan yang sepatutnya kusyukuri sebab kau adalah sempurnaku.
Namun sayang, Terbentang luas hambatan untuk dapat saling menyatukan visi dan misi hidup ini sebab kesempurnaan cinta itu agaknya masih jauh dari jangkauan fisik kita.
Beribu tanya bersarang di dalam otakku. Semisal : Seandainya hanya tinggal kau dan aku di dunia ini bersama sekelumit kisah perbedaan yang setia mengikuti jalan kita, Masihkah perbedaan memisahkan kita?
Jika hanya ada aku dan kau sebagai lelaki yang tak perlu kuragukan kejantananmu. Akankah kau tetap diam tanpa menyentuh aku? Sanggupkah kau biarkan dinginnya malam membekukan rasaku hingga ku benar-benar mati rasa? Atau malah kau mampu biarkan aku dibakar matahari hingga maut menjemputku dan meninggalkanmu?
Atau pertanyaan yang paling menohokmu, Haruskah kita menjadi perjaka dan perawan hingga rambut memutih dan kulit berkerut tanpa kita sempat berkembang biak? Haruskah dunia ini berakhir tanpa penerus kita?
Ah,, itu hanya mimpi dan Semua itu akan kau jawab TIDAK !
Namun, kita hidup di dunia nyata dimana kau dan aku selalu harus mengikuti perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Aku yakin, kau tak akan melupakan kalimat itu yang selalu didengungkan oleh guru-guru kita sedari kita masih berseragam merah putih, sebab inilah realita yang harus kita hadapi.
Aku menginginkanmu layaknya kau inginkankan aku. Maka, berusahalah untuk wujudkan harapan indah yang sempat kita lontarkan bersama.
Dalam Do’aku, kau selalu ada.
Lupakanlah masalahmu, buang bebanmu dan semoga jalan kita dimudahkan oleh-Nya. Semoga Kau adalah Surgaku. Amin.
Auda Zaschkya
Di Pojok Warung Kopi - 10/09/12
0 komentar