Semalam, saya menonton salah satu sinetron spesial Ramadan di salah satu
stasiun televisi. Saya hanya bisa mengernyitkan dahi ketika salah satu pemain
menyebut saudaranya yang baru datang ke Jakarta ini, sempat tinggal di New
Zealand karena ayahnya merupakan Duta Besar Indonesia untuk New Zealand. Lalu
si saudara ini juga menyebutkan dia pernah bekerja di Kedutaan Besar Republik
Indonesia (KBRI) New Zealand. Ok, sampai di sini bisa saya terima kalau
sinetron itu memang fiksi. Lalu kenapa saya katakan saya sempat mengernyitkan dahi?
Karena kata New Zealand tadi. Kata New Zealand menurut hemat saya, merujuk pada
keseluruhan negara tersebut. Yang mengganggu saya, memangnya dia tinggal di
seluruh New Zealand
New Zealand itu kan termasuk negara persemakmuran Inggris, yang letaknya di
sebelah selatan Australia, persisnya di Samudera Pasifik. Negara ini
adalah sebuah negara monarki konstitusional berazas demokrasi parlementer, di
mana Ratu Inggris, Elizabeth II adalah kepala negaranya sejak tahun 1952 dan
Bill English, Perdana Mentri sejak 2016. (wikipedia).
Kembali ke sinetron tersebut, jadi jelas, New Zealand bukan kota. Ibu kota
negara ini yaitu Wellington. Sedangkan kota terbesar di negara itu ialah
Auckland. Lalu di mana KBRI New Zealand? Adanya di Wellington menurut http://www.kemlu.go.id/wellington/id/default.aspx.
Kalau si tokoh bekerja di KBRI New Zealand, otomatis dia tinggal di Wellington,
toh?
Saya tahu, film dan sinetron memang sebagian merupakan fiksi. Bumbu cinta dan
mungkin ada misterinya, merupakan daya tarik. Tapi jangan lupa, logikanya juga
penting. Jangan terus menerus mengatakan nama negaranya, Tapi sebutkan saja
nama tempat, misalnya Wellington, New Zealand. Atau Auckland, New Zealand.
*
Hey, yang namanya negara-negara di dunia ini, punya
daerah atau kotanya. Jadi jangan cuma tahu sebut Amerika-nya. Amerika itu nama
benua. Amerika Serikat baru nama negaranya, itupun memiliki 51 negara bagian
semisal New York, Iowa dan Texas. Jadi kalau mau ditulis atau disebutkan,
bilangnya Texas, Amerika Serikat (United States of America-USA). Tak berbeda
dengan Arab Saudi. Asal dibilang Arab Saudi, sebagian bayangan kita jangan cuma
Mekkah-Madinah. Di sana ada Dammam, Jeddah juga Riyadh, toh.
Buat penonton film Korea, tolong lebih spesifik, Korea Selatan yang
ibukotanya Seoul yang banyak memproduksi film ataupun serial televisi yang
masuk ke Indonesia. Ini mesti dibedakan, karena Korea Utara juga Korea, juga
ada dan ibukotanya yaitu Pyongyang, dan filmnya sejauh ini belum saya temukan.
India juga, industri filmnya juga gak cuma Bollywood yang terkenal dengan
Trio Khan (Shah Rukh Khan, Salman Khan, dan Aamir Khan) nya itu. Bahubali-nya
Prabhas dan Rana Daggubati yang tersohor dan menggelontorkan dana terbesar di
perfilman India tahun ini, bukan film Bollywood, tapi film Telugu-Tamil. Ternyata
bisa dikatakan, selain Dangal-nya Aamir Khan, Film Bahubali juga memperoleh peringkat
IMDb yang tinggi. Meski kedua episode Bahubali dari Tamil-Telugu, dalam
dialognya, beberapa kali juga ada berbahasa Hindi. Ngomong-ngomong, apakah sebagian
kita mengetahui apa dan di mana Tamil? Tamil Nadu adalah negara bagian di
India. Kalau dulu terkenal dengan Madras. Sekarang Chennai. Apakah kita tahu
Chennai? Silakan nonton Chennai Express, Film Bollywood, Shah Rukh Khan juga
yang main. Oia, bahasa
dan tulisannya juga beda antara Hindi dan Tamil. Indrusti perfilman India ada
Tollywood untuk film berbahasa Telugu dan Kollywood untuk yang berbahasa Tamil.
*
Yang mengganggu pikiran saya lagi yaitu, ada iklan yang bilang, mau liburan
ke Jepang. Lha, memangnya seluruh Jepang dikunjungi? Kan enggak sampai ke kampung-kampungnya
toh. Emangnya kita Ninja Hatori, lewati gunung dan lembah? Lebih elok lagi jika langsung disebut Tokyo,
Jepang, atau Hokkaido, Jepang. Untuk iklan juga, saya paham masalah durasi.
Tapi paling tidak, walaupun iklan itu menawarkan hiburan pagi penonton, lebih
bijak lagi kalau memberikan informasi.
*
Dari pembahasan saya yang lumayan panjang di atas, intinya, saya cuma mau bilang, biasakan
memperhatikan hal-hal lebih rinci. Misalnya, hal-hal yang dianggap kecil dan sepele, dengan banyak membaca. Entah itu membaca di
internet atau buku. Jangan malas
membaca. Sudah tahun 2017 toh. Era telepon selular yang pintar atau akrab
disebut gawai (gadget) itu sudah semakin canggih. Dibuka mesin pencarinya. Diketik maunya cari tentang apa.
Dimaksimalkan juga penggunaan aplikasinya. Apalagi yang paling malas ke toko
buku. Ya ampun... ini gawat. Sudahlah malas membaca di internet, ke toko buku
juga malas, kono lagi membeli buku. Jangan tauhunya gawai itu buat chatting dan game aja.
*
Bila berbicara tentang
negara-negara di dunia, sebagian anak negeri masih kurang mengenalnya. Mulai
dari memang tidak tahu, atau bahkan malas mencari tahu. Tulisan ini saya buat,
bukan untuk mengajari kita agar gemar membaca. Saya hanya ingin kita lebih membuka pikiran kita
dengan banyak membaca. Apalagi bagi orang-orang seperti saya yang belum berkemampuan
keuangan berlebih, kiranya kita bisa menjelajahi dunia dengan membaca. Jadi kita
tak malu bila tiba-tiba ditanyai orang yang agak cerewet (mau tahu) seperti
saya. Minimal kamu tahu bilang liburanmu mau ke Ankara atau Istanbul, bukan
cuma Turki. Atau bilang Ibiza, bukan cuma Spanyol :))
0 Komentar