Pentingnya Make-up untuk Sehari-hari
saya dengan make-up yang mulai agak berani :D
*
Berbicara tentang
ber-make-up atau berdandan, tentunya bukan hal baru bagi saya. Saya mulai
terhubung dengan berbagai alat make-up, sejak selepas SMA, tepatnya saat itu
saya mengambil jurusan sekretaris waktu kuliah.
Awal kuliah, saat itu saya cuma
pakai sepatu balet, tanpa make-up. Yang ada hanya bedak remaja, itupun
kalau sedang ingin dipakai. Suatu hari, saya ditegur oleh seorang dosen, “Kamu gak
salah jurusan? Ini kelas sekretaris. Penampilanmu kok biasa aja? Mesti pakai
make-up dan sepatu hak tinggi (High Heels) minimal 5 cm, ya. Kamu harus belajar
menjadi calon sekretaris.”
Setelah beberapa waktu, saya mulai mencari berbagai alat make-up, mulai
dari foundation, mascara, eyeliner, eyeshadow, lipbalm, lipgloss, dan blush on. Saya cuma berpikir,
asal kelihatan saja sehingga saya pun beli make-up dengan harga terjangkau. Saya sama sekali tak tergoda dengan katalog berbagai produk kosmetik yang
dibawa oleh beberapa kawan.
Ketika saya sudah berani memakai eyeshadow warna
coklat walaupun dengan intensitas minimalis, dosen lain lagi dengan ringannya
bilang, "Kamu gak pakai eyeshadow, ya? Matamu kok ngantuk gitu? Kalau
pakai eyeshadow, harus mencerahkan mata. Bukannya bikin ngantuk. Tebalin
lagi ya."
Akhirnya saya mulai memberanikan diri pakai eyeliner jenis pensil
untuk membingkai mata agar tampak lebih besar dan tak dikira sedang mengantuk dan pemadat. Dan voila, ternyata bisa.
Mulailah saya tak bisa hidup tanpa eyeliner hitam. Dan praktis, sejak saat itu,
berbekal alat make-up sederhana, tak hanya ketika kuliah, tengah malam pun saya
belajar bermake-up. Sedikit salah, bikin lagi sampai rapi. Akhirnya saat
wisuda D3 Sekretaris itu, saya gak perlu mengantri di salon sejak subuh hanya
untuk merias wajah. Hahaha... Bangganya saya :D
Setamat D3, sepatu high-heels 5-7 cm, saya tinggalkan.
Setahun berikutnya, saya mulai kuliah lagi di jurusan Ilmu Komunikasi. Dandanan saya khususnya bagian
mata, mulai meningkat ketebalannya. Saya mulai mencari eyeshadow hitam yang
pekat. Eyeliner yang saya pakai juga tak jarang jadi eyeshadow. Hasilnya,
ketika saya wisuda s1, saya juga berdandan sendiri.
Selama saya kerja juga,
make-up saya tak pernah berubah lagi. Malah hingga kini saat saya di rumah
saja, kadang saya suka iseng ber-make up hanya untuk berfoto, entah sendiri
atau bersama teman. Tak hanya mulai merapikan alis dengan menggunakan eyebrow
pensil, saya juga mulai berani dengan lipstik yang terang. Ya lumayanlah. Pastinya dandanan yang saya gunakan, sesuai
umur. Dan ya, bagian mata juga harus semakin
stunning, biar gak dituduh lagi seperti mata pemakai.
Dengan kenyataan sekira sepuluh tahun bergelut dengan alat make-up, melihat vlog make up dari vlogger dalam dan luar negeri, semakin mempertebal keinginan saya untuk terus menguasai teknik dan tata cara ber-make-up.
Karena jujur saja, saya merasakan manfaat dari hobi dandan itu. Dengan kita dandan, lawan bicara bisa lebih menghargai kita dengan kerapian tadi. Mereka tidak tahu keadaan kita yang sebenarnya, toh privasi bagi setiap orang itu penting. ^_^
Memiliki alat make-up itu memang penting bagi seorang perempuan. tentu untuk menunjang penampilannya. Tapi tak perlu mahal dan lengkap segala seperti para vlogger dan make-up junkie lainnya. Dipakai seadanya, dengan didukung kerapian, pasti khalayak bisa lebih menghargai kita. Yang penting, berdandanlah para perempuan. Supaya penampilanmu gak kumuh, kucel, persis seperti orang yang baru bangun tidur dan belum mandi.
3 komentar
Aku kalo pake eyeliner kok malah keliatan kayak panda ya...
BalasHapusCita2 mentalis bu Ret 😂
HapusAku jama kuliah cm pake bedak ama lipstick aja kak wkwk itu kalau lg niat. Kalo ga, ya ga pake makeup sama sekali wkwk
BalasHapus