Bangun Rumah hanya 5 Hari dengan Domus Huntara
Sungguh
gembira tak dapat diprediksi, demikian pula dengan malang tak dapat ditebak.
Kejadian demi kejadian maha dahsyat, korban di mana-mana, berikut harta benda
yang juga ikut raib, belakangan menimpa ibu pertiwi kita. Sudah pasti, musibah
- musibah tersebut, meninggalkan duka mendalam bagi kita semua.
Selain
kekurangannya terletak pada konsumsi, para korban gempa bumi di Lombok, gempa
bumi dan tsunami di Palu, Siji, dan Donggala baru – baru ini, juga kehilangan
rumahnya.
Kejadian demi kejadian tersebut, selain menggugah hati nurani masyarakat Indonesia, ternyata juga memanggil PT. Tatalogam Lestari, perusahaan genteng metal dan rangka baja ringan terbesar di Indonesia, untuk memberikan inovasi berupa solusi praktis bagi korban gempa tersebut, lewat teknologi domus huntara.
Kejadian demi kejadian tersebut, selain menggugah hati nurani masyarakat Indonesia, ternyata juga memanggil PT. Tatalogam Lestari, perusahaan genteng metal dan rangka baja ringan terbesar di Indonesia, untuk memberikan inovasi berupa solusi praktis bagi korban gempa tersebut, lewat teknologi domus huntara.
Teknologi
DOMUS untuk Hunian Sementara (Huntara) adalah teknologi/sistem pembangunan
rumah yang cepat, kuat, indah dan tahan gempa. Maka dari itu, pada Pameran
Konstruksi Indonesia pada 31 Oktober 2018 – 2 November 2018 di Jiexpo,
Kemayoran Jakarta, PT. Tatalogam Lestari memperkenalkannya dengan konsep “Membangun
Rumah Hanya 5 Hari”.
Teknologi
Domus bisa diaplikasikan untuk bangunan rumah tinggal, pasar, ruko, pabrik dan
gudang dll. Dengan komponen struktur dinding memakai kanal U dan rangka atap
baja ringan, menjadikan DOMUS sebagai bangunan permanen yang kuat, indah, dan
tahan gempa.
Teknologi DOMUS bukan hanya bisa diaplikasikan untuk bangunan permanen, teknologi ini ternyata sangat tepat diterapkan bagi hunian sementara (Huntara) bagi korban bencana alam. Dikatakan Vice President PT Tatalogam Lestari, Stephanus Koeswandi, untuk Huntara dengan teknologi DOMUS, material dinding yang awalnya memakai bata ringan tinggal diganti material lain yang tersedia dan sesuai kemampuan, semisal : bilik bambu, panel gypsum, triplek, spandek atau bahkan bisa memakai terpal.
Teknologi DOMUS bukan hanya bisa diaplikasikan untuk bangunan permanen, teknologi ini ternyata sangat tepat diterapkan bagi hunian sementara (Huntara) bagi korban bencana alam. Dikatakan Vice President PT Tatalogam Lestari, Stephanus Koeswandi, untuk Huntara dengan teknologi DOMUS, material dinding yang awalnya memakai bata ringan tinggal diganti material lain yang tersedia dan sesuai kemampuan, semisal : bilik bambu, panel gypsum, triplek, spandek atau bahkan bisa memakai terpal.
Jadi dapat
dikatakan, Domus itu adalah merk rumah instan dari PT. Tatalogam Lestari yang
terdiri dari rangkaian baja ringan. Konsepnya itu adalah baja ringan disambung
dengan beberapa baut khusus yang akhirnya jadi kerangka rumah, dengan dinding
batako dan detail rumah lainnya, tergantung kebutuhan. Jadi konsepnya, domus
itu adalah kumpulan baja ringan dengan baut yang ketika dirangkai / dipasang
oleh tenaga ahli konstruksi, domus langsung akan berubah menjadi sebuah rumah
tinggal (rumah tetap) yang harus dilengkapi batako, lalu disemen, lalu
dikeramik dengan atap yang bersumber dari PT Tatalogam Lestari juga. Jadi bisa
ditarik kesimpulan bahwa Domus Huntara diperuntukkkan untuk para korban gempa.
Ide tersebut
dikatakan Stephanus, bermula dari Bapak Basuki Hadimuljono, Menteri PUPR, yang
disampaikan kepada Tatalogam dalam sebuah even pameran, yang menginginkan bahwa
rumah hunian sementara (Huntara) harus siap untuk difungsikan dan dikembangkan
menjadi hunian tetap (Huntap). Dan belajar dari pembangunan rumah pasca gempa
di Lombok, bahwa masyarakat memerlukan waktu guna memulihkan trauma akibat
gempa. Maka dibutuhkan huntara yang siap dialih fungsikan menjadi huntap dalam
waktu singkat dan memiliki konsep berkelanjutan, sehingga tidak ada huntara
yang mubazir dalam pembangunannya.
“Karenanya
kami coba kembangkan produk huntara dengan memadukan smart technology dan
efisiensi untuk menghasilkan huntara yang bisa dikembangkan/dilanjutkan menjadi
hunian tetap,” ujarnya.
Huntara Domus
standar dengan luas bangunan 36 M2, dapat dibangun dalam waktu 2 (dua) hari
saja. Apabila masyarakat yang akan menempati bersedia, maka desain huntara pada
lahan terbatas bisa dibuat menjadi bentuk kopel, yaitu rumah yang berpasangan
(berhimpitan), satu atap terdiri dari lebih dari satu unit rumah. Huntara
dengan teknologi Domus ini, jika sudah tidak terpakai bisa dibongkar lalu
disimpan dan bisa digunakan lagi jika terjadi bencana. Atau bahkan bisa
dikembangkan mejadi hunian tetap, dengan hanya mengganti material dinding
sebelumnya dengan bata ringan.
Pada
kesempatan itu, hadir pula Presiden Joko Widodo yang memberikan sertifikasi kelulusan
kepada 10.000 Tenaga Ahli Konsrtuksi Indonesia,
diantaranya Adriansyah, seorang operator alat berat dari Jawa Barat, Nurul
Andriani yang merupakan seorang juru gambar SMKN 2 Makassar, Rudiansyah tenaga
terampil gambar dari Sumatera Utara, Julianus sebagai pelaksana bangunan
irigasi dari Sulawesi Barat, Endi Ahli teknik dari Kalimantan Barat, dan Karin
Maria dari Nusa Tenggara Timur.
Dalam sambutannya,
Presiden mengatakan, dalam 4 tahun ini, kita berkonsentrsi penuh pada
infrastruktur, baik dalam pembangunan jalan tol, bandar udara (Bandara), waduk,
pelabuhan, jaringan irigasi, dan pembangkit listrik, serta pembangunan pos
batas negara, dll. Hal ini kata Presiden, demi memudahkan biaya transportasi,
mengurangi biaya logistik, membuka keterisoliran,
sekaligus mempersatukan Indonesia dan juga
menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sertifikasi
yang dibagikan tersebut kata Presiden, masih sedikit dalam persaingan global yang
meliputi berbagai pertanyaan, misalnya apakah ahli dalam memasang baja ringan
dan apakah ahli dalam konstruksi. Semua yang ada di sertifikat ini yang bisa
kita tunjukkan bahwa kita memang terampil, tak kalah dari negara lain.
Salah satu sertifikasi yang dibagikan oleh Presiden Joko Widodo pada acara Kontruksi Indonesia, Jumat (31/10) dok. blomil |
Presiden
mengatakan juga, pekerjaan yang ada di lapangan itu sangat berat, membawa aspal
dengan helikopter misalnya. Untuk itu presiden mengapresiasi seluruh pekerja
dalam bidang konstruksi ini, atas kontribusinya dalam pembangunan agar
tercapainya Indonesia maju.
*
Bila ada yang
ingin mengetahu lebih lanjut tentang Domus dan segala yang berkaitan dengan
usaha membangun sebuah rumah (hunian), dapat mendownload SIMANTAP yang ada di applikasi playstore.
Kalau sudah, nanti bisa dihitung berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk
membangun rumah, sesuai dengan paket yang diambil, berikut luas lahannya dengan
aplikasi Roof Calculator. Jadi, pesan dan ketahui harga domus tersebut, melalui
aplikasi SIMANTAP. Sedangkan untuk mengukur kebutuhan material bangunan,
gunakan aplikasi Roof Calculator. Cukup jelas dan mudah, bukan?
Dokumen foto semua dari Blomil
Salam,
Auda Zaschkya
1 komentar
dasarnya bangunan memang harus kuat yaa ^^
BalasHapus