[Ibu dan Anak] Bunda, Jangan Upload Foto Wajah Si Kecil ke Media Sosial

gambar dari prokal.co


Sejak zaman semakin canggih dengan era pengguna internet, masing-masing orang tua, khususnya para ibu muda, semakin larut sebagai pengguna aktif dari media sosial. Kalau sebelumnya hanya mengandalkan komputer rumah atau laptop, seiring dengan perkembangan zaman, hampir 5 tahun belakangan tepatnya, para ibu muda ini,  mulai menggunakan telepon selular (ponsel) pintar. Semakin bertambahnya tahun, ponsel pintar, fiturnya semakin canggih. Dari siang hingga malam (kecuali para ibu yang berjualan secara online maupun para blogger dan vlogger yang aktifitasnya 70% berkutat dengan media sosial), biasanya para ibu muda, pasti terus bersosial media, baik dari Facebook, Twitter, dan Instagram. Barangkali, para ibu ini berpendapat, sehari tak eksis di media sosial, hidup rasanya tak lengkap.

Apakah ada yang salah? Tentu saja tidak ada. Bermain media sosial ini memang berguna bagi para ibu. Manfaatnya sudah pasti untuk melepaskan penat sehari-hari, menuliskan pemikiran-pemikirannya yang bagus. Selain memang berguna untuk mengaktualisasikan diri, yang ditunjukkan oleh para ibu di media sosial itu, mencakup segala hal mulai dari foto masakan, foto keluarga, termasuk foto dan video wajah serta tingkah lucu si kecil, secara jelas.

Untuk yang saya sebutkan terakhir di mana para ibu acap kali menunjukkan wajah si kecil, alangkah baiknya, dihindari. Ini semata – mata hanya untuk keselamatan si kecil. Tentu kita sudah mengetahui, media sosial ini adalah sarangnya para predator. Jangankan pelecehan yang dilakukan kepada para remaja atau bahkan orang dewasa, anak kecil juga menjadi incaran. Mereka yang mengincar anak  kecil ini, biasanya kita kenal sebagai pedofilia.

Menurut wikipedia bahasa Indonesia, sebagai diagnosa medis, pedofilia didefinisakan sebagai gangguan kejiwaan pada orang dewasa atau remaja yang telah mulai dewasa (pribadi dengan usia 18 tahun atau lebih tua) biasanya ditandai dengan suatu kepentingan seksual primer atau ekslusif pada anak prapuber (umumnya usia 16 tahun atau lebih muda, walaupun pubertas dapat bervariasi). Sejurus dengan itu, Klarifikasi Penyakit Internasional mendefiniskan pedofilia sebagai gangguan kepribadian dewasa dan perilaku, di mana ada pilihan seksual untuk anak-anak pada usia pubertas atau pada masa prapubertas awal.

Jadi jelas sekali ya Bunda, para pedofil tersebut mengincar anak-anak. Makanya kita mesti benar-benar waspada terhadap konten yang menyangkut wajah anak kita yang kita bagikan ke media sosial.

Sebagai orang tua yang ingin selalu eksis di media sosial, jika kita masih tetap ingin menunjukkan anak, boleh saja. Namun hendaknya memikirkan keselamatan sang anak. Sebagai gantinya, yang dapat kita lakukan yaitu :

1.    Jika si kecil sedang bermain, foto dan video yang kita ambil, fokuskan ke mainan dan permainannya. Misalnya, jika si kecil sedang bermain boneka, kita bisa ambil gambar sebagian tangan si kecil dan bonekanya. Jadi kita tak memunculkan wajah si kecil.

2.    Jika si kecil sedang menggambar, foto dan video yang seharusnya kita fokuskan yaitu hanya ke gambarnya saja. Ini saja dapat menunjukkan juga kepada pemirsa facebook, twitter dan instagram, bahwasanya, anak kita sangat kreatif sesuai usianya.

3.    Bila kita masih tetap ingin mengenalkan wajah sang anak ke khalayak media sosial, yang tak kalah penting yang harus benar-benar perhatikan yaitu pakaian yang akan dikenakan sang anak. Maksudnya yang pantas ditunjukkan ke khalayak ramai, tidak terlalu terbuka. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, pedofil memiliki kelainan seksual. Bagian tubuh si kecil yang terbuka, jadi incaran mereka. Jadi mereka akan gampang terangsang oleh bagian tubuh si kecil yang terbuka. Waspada, Ya Bunda.

Bunda, jika tetap ingin eksis di media sosial, tentu boleh saja. Namun kita wajib waspada terhadap efek negatif media sosial terhadap si kecil. Waspada, Ya Bun. Predator anak semakin merajalela.


Artikel ini pernah tayang di sini. Semoga masih bisa terbuka websitenya.

You Might Also Like

19 komentar

  1. Betulll skrg ini bahaya kalo upload foto anak apalagi publik. Palingan kalo emang harus bisa diblur muka anaknya atau tampak samping. Atau diprivate sekalian hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya Ci. Gak usah terlalu jelas wajah anaknya 😃

      Hapus
  2. Memang perlu banget berhati-hati ketika kita share kegiatan anak-anak kita ya di medsos. Walau agak sulit, maksud ingin memberikan sukacita kita tapi khawatir juga ya jadi nya

    BalasHapus
  3. iniiiii pasti sulit yaa pengaplikasiannya, tapi ya sebagai orangtua kita memang harus banget waspada kan yaa

    BalasHapus
  4. bener banget nih, kita yang maksud hati mau share wajah lucu atau menggemaskan anak jadi kuatir ya :(

    BalasHapus
  5. Iya bener banget, makanya aku jarang (jarang bukan gak pernah ya hehe ) tampilin anak ku di media sosial, jaman udh edan ntah manusia brrhati apa predator pedofil itu

    BalasHapus
  6. Betul. Aku juga setuju banget. Kalau ingin mengekspos anak, harus lebih berhati2 lagi, apalagi di sosial media, bahaya banget kalau terlalu diekspos.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksud hati pengen nunjukin anak kita yg aktif, kita gak tau ada bahaya yg mengintainya..

      Hapus
  7. Jaman sekarang pun harus serba hati2 ya kak mau upload apapun. Bukan cm foto anak2, foto kitapun bsa dijadikan kejahatan ama org huhu

    BalasHapus
  8. Semua balik lagi ke pilihan dan orang tuanya bersikap. Saya dan suami termasuk yang sering upload foto dan video aktifitas anak, tapi dengan beberapa syarat yang sudah kami pikirkan. Gak cuma soal pedofilia, asa yg lebih ngeri lagi yaitu penyakit ain.
    Semua orang tua ingin yang terbaik buat anak-anaknya cuma berbeda caranya saja

    BalasHapus
  9. setuju banget nih huhu media sosial emg terkadang jahat

    BalasHapus
  10. Betul juga yah jadi ancaman utk kita yg punya anak nanti.. pedofil berbahaya

    BalasHapus

Mengenai Saya

Foto saya
Just an ordinary girl who wanna be a woman someday

Translate