Dear Pemerintah, Gencarkan Promosi Danau Toba!
Dok. Pribadi |
Berbicara
tentang pariwisata di Indonesia, cukup banyak, bukan? Setiap daerah, memiliki
keistimewaannya sendiri, seperti Pulau Bali dengan pantainya, Aceh juga dengan
pantai, hingga Maluku, Papua dan Nusa Tenggara, masih dengan pantainya yang
sangat indah.
Namun sangat
disayangkan, yang orang luar negeri ketahui, hanyaklah Bali. Kebanyakan malah,
yang menyangka, Bali adalah negara, bukan sebuah pulau yang ada di Indonesia.
Kalau disebut
Bali, mereka tahu. Tapi Indonesia? Bahkan sayangnya, masih ada yang tak tahu
Indonesia. Yang diketahui hanyalah Malaysia.
Jujur saja, saya
kesal sendiri, padahal kita negara besar dengan populasi terbanyak keempat di
seluruh dunia. Miris sekali dengan ilmu geografi mereka.
Demi memuaskan
hasrat geografi saya yang meledak-ledak sedari kecil, walau belum pernah
menjelajahi seluruh Indonesia, dengan modal berupa sebuah buku atlas dan
internet, saya jelaskan, di mana Indonesia?
Apa saja yang
ada di Indonesia? Bagaimana keadaan alam, budaya, juga tempat pariwisata apa
saja yang ada di Indonesia?
Tanpa pemerintah
atau orang sadari, saya seperti membuka kelas travel online secara gratis ke
orang-orang tersebut.
Saya jelaskan,
Indonesia terdiri dari 34 Provinsi, yang memiliki beragam suku, budaya dan
agama, dengan motto Bhinneka Tunggal Ika, di mana walau kita berbeda, tetap
bertanah air satu, Indonesia.
Nah, namanya
orang luar negeri yang memiliki hobi jalan-jalan, sudah pasti, mereka sangat
tertarik kalau kita berbicara tentang tourism
places, kan?
Karena saya
tinggal di Pulau Sumatera, tepatnya di Sumatera Utara, tentu saya mempromosikan
Wonderful Indonesia, tentang keindahan surgawi di sini, mulai dari Kota Medan,
daerah Berastagi, Tarutung, Samudra Hindia di sepanjang pantai Barat Aceh,
Sibolga hingga Selat Sunda.
Pokoknya,
obrolan seru tersebut, tentu tentang pariwisata. Tak ketinggalan, di Sumatera
Utara sendiri, ada Danau Toba, yang merupakan sebuah danau yang tercipta secara
alami, akibat letusan Gunung Toba, ribuan tahun lalu.
Tangkapan layar pribadi
Danau Toba
adalah kebanggan masyarakat Sumatera Utara. Danau yang luasnya lebih dari 1000
kilometer persegi dan berkedalam sekira 450 meter ini, tak hanya danau seperti
biasa. Tapi di tiap sisinya, ada hamparan pasir putih, persis lautan, dengan
Pulau Samosir di tengah-tengah Danau Toba ini.
Kejadian
mahadahsyat dan bersejarah itu, wajib diketahui dan dengan cakap dinarasikan,
oleh setidaknya masyarakat sekitar, agar “Heritage of Toba” tersebut, tetap
terawat, sehingga mendatangkan para wisatawan dalam dan luar negeri yang
penasaran akan objek wisata ini, guna melihat secara langsung, danau terbesar
di Asia Tenggara.
Tak hanya
kondisi danau yang mesti terawat keasriannya, tapi juga alam sekitar,
bangunan-bangunan, termasuk akses lapangan terbang, akomodasi lainnya, juga
penginapan yang laik.
Tak lupa pula,
buah tangan atau oleh-oleh menarik, juga makanan khas yang patut diperhitungkan
di ranah wisata. Ini harus menjadi perhatian semua pihak, terlebih oleh
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF, apalagi di era internet 4.0 ini.
Sudah
seharusnya, akses internet dibuka seluas-luasnya untuk masyarakat sekitar Danau
Toba, agar mereka dapat memotret dan memvideo keindahan alam setempat, dalam
visualisasi yang indah, sehingga dapat mengundang para wisatawan. Bukankah
keadilan merata untuk seluruh rakyat Indonesia?
Dalam
sambutannya saat acara “International Conference Heritage of Toba: Natural
& Cultural Diversity” di TB. Silalahi Centre, Kabupaten Toba Samosir,
Sumatera Utara. Rabu (13/10/2001) lalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Republik Indonesia, Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, kegiatan tersebut
merupakan kegiatan MICE Internasional yang menerapkan inovasi, adaptasi, dan
kolaborasi.
Hal-hal tersebut
mesti diselaraskan dengan gerak cepat, gerak bersama, dan gali semua potensi
super prioritas Toba yang ada, sedangkan untuk menciptakan lapangan kerja,
dengan 3T yaitu; tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat manfaat.
Mengapa
demikian?
Karena berbicara
tentang Kaldera Toba adalah mengenai sebuah situs kawah raksasa yang dihuni
lebih dari 100.000 jiwa di dalamnya, secara turun temurun.
Seperti yang
sudah dituliskan di atas, Danau Toba berasal dari Erupsi yang besar sekali, yang
ukurannya luar biasa, makanya disebut super volcano, sehingga berdampak global,
yang sumbernya lebih dari satu kompleks gunung api.
Jadi, terjadinya
itu, secara serentak, sehingga terjadi pengosongan dapur magma secara cepat,
yang tak sempat diinjeksi lagi dari kantung api dalam, sehingga runtuhlah tubuh
gunung api tersebut dan membentuk sebuah kaldera raksasa, yang memiliki banyak
batuan dasar dari kutub selatan, yang salah satunya, membentuk pulau Sumatera.
Ada beberapa
tahapan terbentuknya Danau Toba, ditinjau dari Geologi, seperti yang
disampaikan oleh Ahli Geologi Badan Geologi Bandung, Indyo Pratomo.
Berbicara
tentang pulau Samosir yang berada di tengah Danau Toba kata Indyo, bisa kita
lihat dari batuan atau endapan yang terdapat di Pulau Samosir, di mana ada
lapis-lapisaan yang merupakan jejak-jejak endapan danau, yang berproses dengan
banyak proses sedimentasi.
Efeknya juga
masih ada kegiatan struktur yang aktif di sana dan membentuk
kelurusan-kelurusan morfologi dan cekungan (genangan air hujan), karena
permukaannya adalah berasal dari endapan lengkungan danau. Jadi bisa menampung
air hujan saja.
Jadi, dinamis
sekali apa yang terjadi di kawasan Toba ini, di mana juga ada epicentre gempa, juga kondisi bentang
alam di sini menimbulkan jejak-jejak yang memberikan gambaran prosesnya, yang
berdampak pada satu ancaman dari bencana geologi.
Karena terdapat
banyak patahan di mana masih dalam zona patahan sumatera, dan juga proses
vulkanik dari Toba itu sendiri. Maka dari itu, daerah ini berpotensi bencana
geologi, terutama kegempaan.
Ceritanya itu,
bisa kita lihat pada bangunan yang dibangun oleh nenek moyang, di mana bentuk
rumah adatnya di dataran tingginya, dibangun kokoh yang mana tanggapan terbaik
dari ancaman gempa. Proses geologi tersebut merupakan rekaman budaya di kawasan
tersebut.
Hal Itu bisa
dilihat dalam jejak-jejak artefak/arkeologis, sarkofagus, juga bangunan
percandian. Kalau diperhatikan, perbedaan menarik dari bangunan di dataran
tinggi dan di Pulau Samosir.
Kalau yang di
Pulau Samosir sambung Indyo, mendekati bentuk perahu, karena lebih dekat dengan
danau. Sedangkan yang di dataran tinggi, lebih dekat ke ancaman gempa.
Tangkapan layar pribadi
Agak panjang
memang proses terjadinya Danau Toba dari segi Geologi, bukan? Makanya, ini menjadi
magnet tersendiri bagi para peneliti, dalam dan luar negeri. Inilah salah satu
yang kita banggakan dari “Heritage of Toba”.
Selain dari
proses geologi, banyak pula potensi daerah sekitaran Toba yang sangat menarik
dan harus digali terus, apalagi kalau bukan makanannya yang selalu dicari para
wisatawan, di mana ada merica Batak (Andaliman).
Rasa pedas yang
biasanya dari cabai, di tanah Batak, diwakili oleh pedasnya Andaliman. Masakan
lebih khas rasanya, jika menggunakan andaliman ini. Selain itu, ada bumbu
masakan lain, seperti Asam Cikala, Asam Jungga, Asam Gelugur, juga Bawang
Batak.
Untuk makanan
sendiri, Tanah Batak memiliki makanan yang dimasak dengan ramah lingkungan,
seperti Ikan Arsik. Tak ketinggalan, ada Naniura, yang mirip Sashimi Jepang. Segala keragaman makanan
khas tanah Batak, sangat menarik diulas oleh seorang Pakar Kuliner Indonesia,
Shanti Serad.
Viky Sianipar (Musisi) | Tangkapan layar
Menyinggung soal
kesenian, turut hadir Viky Sianipar, salah seorang musisi Batak, yang berdomisili
di Jakarta. Musik dan lagu-lagu berbahasa Batak, Bahasa Karo, dan lainnya,
menurut Viky, sudah bagus.
Namun, untuk
diperdengarkan ke anak muda di perantauan, kemasannya mesti diubah, tapi mesti
dimasukkan musik etniknya, jadi pasar pendengarnya, bisa lebih luas.
Intinya, apapun
kesenian dari Tanah Batak ini, harus diubah menjadi lebih baik, namun jangan
menghilangkan esensi budaya Batak sendiri.
Jadi inti dari
konferensi ini adalah bagaimana kesiapan kita dalam mengembangkan
potensi-potensi yang kita miliki di Tanah Batak, tanpa meninggalkan budayanya
sendiri. Tentu ini mesti didorong oleh KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF, yang harus mengajak warga masyarakat
sekitar untuk terus menggali potensi yang ada.
Bali sudah buka
untuk wisatawan dari mancanegara. So, dear
pemerintah, gencarkan lagi dong promosi-promosi terkait Danau Toba.
0 komentar